Oleh : Puteri Farrah Phylladita*
KELAKAR, Lingkarjatim.com – Dalam perkembangan saat ini, sumber daya manusia memiliki status yang sama dengan faktor produksi lainnya seperti keuangan, produksi dan pemasaran. Pengelolaan sumber daya manusia mulai mendapat perhatian dan perhatian khusus, terutama bagi perusahaan yang sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang kita ketahui saat ini, sumber daya manusia telah diturunkan dari generasi ke generasi Y. Dalam artikel “What Gen Y Really Want” di majalah TIME disebutkan bahwa Gen Y bisa juga disebut generasi milenial, atau generasi internet adalah generasi 1980 hingga 1999 ke atas. Review fungsi SDM ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi fungsi SDM yang dilakukan.Jika terkait dengan pernyataan pada paragraf sebelumnya dan manfaat review fungsi SDM maka review tersebut juga dapat digunakan untuk seluruh personel. Tindakan yang diambil oleh manajemen pengendali dan evaluator untuk lebih meningkatkan kualitas penggunaan sumber daya manusia. Secara umum, audit manajemen pada departemen fungsional sumber daya manusia merupakan cara untuk mengevaluasi kinerja dan realisasi departemen fungsional sumber daya manusia, yang mencakup proses perencanaan, rekrutmen, manajemen dan pemberhentian.
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan melakukan review ini adalah manajemen sumber daya manusia dapat memperoleh hasil benchmark tertulis dan menentukan konsistensi kegiatan fungsional dengan standar yang telah ditentukan, sehingga dapat diperoleh kelemahan dan kelebihan dalam fungsi sumber daya manusia yang dijalankan. Standar dan prosedur operasi dari seluruh produksi dan dasarnya mengacu pada ISO 9001 dan ISO 14001. Berbagai elemen ISO telah terdaftar dan digunakan dengan jelas dalam penerapan SOP ini. Karena departemen pengembangan sumber daya manusia kurang memiliki sosialisasi tanggung jawab dalam perubahan struktur organisasi, maka kelengkapan penyampaian perubahan struktur organisasi belum optimal. Sup. Terakhir, untuk kegiatan FGDP, terdapat masalah jumlah pendamping yang tidak sebanding dengan jumlah peserta FGDP.
Dalam fungsi ini, kerugian paling mendasar adalah dari EKI, IDP, pengajuan pelatihan, catatan pelatihan dan evaluasi pelatihan. Ini karena penggunaan formulir tidak efisien dan menyulitkan pengguna dan bawahannya. Terakhir, terkait dengan fungsi review personel dan potensi review, beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan maturitas atasan. Kurangnya sosialisasi terkait review IPP dan sistem evaluasi PA, serta perbedaan SOP dengan kondisi aktual dalam standar evaluasi kinerja.
Terakhir, untuk kegiatan FGDP, terdapat masalah jumlah promotor yang tidak sebanding dengan jumlah peserta FGDP. Dalam fitur ini, kelemahan paling mendasar adalah EKI, IDP, aplikasi pelatihan, catatan pelatihan dan evaluasi pelatihan. Hal ini dikarenakan penggunaan formulir tidak efisien dan menyulitkan pengguna dan bawahannya. Terakhir, terkait fungsi review personel dan potensi review, beberapa hal terkait kematangan atasan perlu diperhatikan. Kurangnya kegiatan sosial terkait dengan review IPP dan sistem evaluasi PA, serta perbedaan aktual antara SOP dan standar evaluasi kinerja.
*penulis adalah mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Akuntansi
Tulisan ini adalah kiriman dari pembaca, isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis