Menu

Mode Gelap

KELAKAR · 12 May 2024 06:20 WIB ·

BELANGKAS YANG SETIA: JAGALAH KESETIAANNYA


BELANGKAS YANG SETIA: JAGALAH KESETIAANNYA Perbesar

Oleh: Beny Tri Susetiyo*

KELAKAR, Lingkarjatim.com – Belangkas merupakan hewan yang banyak dikenal sebagai fosil hidup yang bertahan selama ratusan juta tahun di kedalaman laut melalui beragam peristiwa kepunahan massal. Nama lain belangkas adalah mimi dan mintuna. Hewan ini monogami dan seluruh hidupnya bergandengan dengan pasangannya ke mana pun mereka pergi. Belangkas jantan menempel pada bagian belakang belangkas betina. Tak heran jika ada pepatah bahasa Jawa berbunyi: “Semoga rukun seperti mimi lan mintuna” (semoga rukun seperti belangkas jantan dan betina). Belangkas memiliki karapas keras di tubuhnya dan ciri mirip ekor yang disebut telson, yang digunakan sebagai kemudi dan membantu membalikkan tubuhnya bila mengalami terbalik.

Daerah sebaran belangkas cukup luas dan kompleks. Hewan ini banyak tersebar di Amerika Utara dan Mexico, serta dibeberapa negara Asia seperti Jepang yang memilIki iklim sedang, beberapa wilayah di China (Taiwan, Tiongkok, Hongkong), Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, Malaysia bagian timur, dan Indonesia.

Terdapat empat jenis belangkas yang terdapat dan tercatat di dunia yaitu Limulus polyphemus yang hanya hidup di sepanjang pantai Atlantik Amerika Utara dan Teluk Mexico, kemudian tiga spesies lainnya (Tachypleus gigas, Tachypleus tridentatus, dan Carcinosscorpius rotundicauda) hanya terdapat di kawasan Asia (Indo Pacific). Di Indonesia sendiri hewan ini berdasarkan The Biodiversity Action Plan for Indonesia tahun 1993 terdapat beberapa jenis yaitu T. tridentatus, T. gigas, dan Carcinoscorpius rotundicauda sudah dianggap langka (Rare), rentan (Vulnerable), dan bahkan terancam punah (Endangered) hal ini karena kurangnya perhatian dan informasi mengenai populasi dan pengawasan pada hewan ini.
Meskipun mereka tergolong sebagai spesies yang tangguh, jumlah populasi mereka menyusut atau berada pada tingkat kritis.

Berdasarkan informasi International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) juga menerangkan bahwa hewan ini sudah termasuk kedalam kategori Endangerd.
Tercatat dalam perdagangan gelap (Black Market) pada tanggal 23 Mei 2012 disita lima ekor belangkas di Bandara Internasional Sam Ratulangi – Manado Sulawesi Utara. Hal itu merupakan pelanggaran terhadap Peratuarn Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Kemudian setelah itu Pemerintah Indonesia telah mengatur perlindungan untuk hewan ini pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENHLK/SETJEN/KUM.1/6/208 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Hal ini cukup mengkhawatirkan terhadap populasi dan kelangsungan hidup bagi hewan kaya manfaat ini bila penangkapannya tidak terkontrol dan diawasi secara ketat. Pengaruh lainnya akan kepunahan belangkas juga akan berdampak bagi ikan, reptil, dan burung yang bergantung pada telur Belangkas dan kepiting dewasa sebagai makanannya. Sehingga dengan hal itu tentu akan menggangu keseimbangan ekostem yang terjadi di habitat laut lainnya.

Bukan tanpa alasan perburuan hewan ini menjadi incaran bagi para nelayan maupun oknum-oknum yang memiliki kepentingan secara pribadi. Hewan ini memiliki darah yang berwarna biru yang berasal dari senyawa hemosianin, yaitu zat tembaga yang terdapat pada darah biru tersebut. Darah hewan tersebut juga memiliki kandungan zat khusus yang mampu dapat menangkap bakteri yaitu dengan cara dibekukan. Sehingga secara medis kandungan-kandungan yang terdapat pada darah belangkas dirasa mampu digunakan untuk menguji suatu obat atau vaksin sudah dianggap aman untuk digunakan.
Seperti salah satu kasus yang terjadi menurut kabar berita BBC News yang menyebutkan bahwa terdapat sekitar 200 kelompok peneliti diseluruh dunia berupaya untuk menemukan vaksin dalam melawan Covid-19. Penggunaan darah belangkas secara besar-besaran tidak dapat dihindari untuk pengujian vaksin tersebut sudah siap untuk digunakan. Seperti yang terjadi menurut Atlantic States Marine Fisheries Commission yang menyebutkan bahwa setiap tahun berkisar 500.000 ekor belangkas di Atlantik ditangkap untuk kepentingan biomedis. Selain itu harga dari darah belangkas itu juga cukup tinggi yaitu berkisar 200 juta rupiah dalam 1 liter. Oleh karena itu darah belangkas menjadi salah satu cairan dengan nilai jual paling mahal di dunia. Meskipun belangkas yang telah diambil darahnya dapat dikembalikan ke habitatnya kembali, namun 10-30% hewan ini akan mengalami kematian serta tidak sedikit juga yang tidak akan mampu menghasilkan telur dan berkembang biak.

Berbeda dengan di Negara Thailand, belangkas banyak dikonsumsi sebagai makanan segar (fresh food) dengan ditambahkan oleh beberapa bahan makanan lainnya. Telur-telur belangkas juga diyakini memberikan dampak positif bagi kesehatan, sehingga tidak sedikit penduduk di Thailand mengkonsumsi belangkas. Tinginya permintaan Thailand terhadap belangkas tidak dapat dipungkiri juga akan memicu penangkapan belangkas secara besar-besaran, mengingat juga Thailand cukup dekat dengan Negara Indonesia.

Madura sebagai salah satu pulau yang memiliki potensi biota laut cukup beragam namun masih sedikit eksplorasi yang diupayakan. Belangkas sendiri sebenarnya cukup banyak terdapat di beberapa wilayah pantai Madura. Sangat disayangkan karena kurangnya pendataan dan perhatian terhadap keberadaan hewan yang dikenal setia ini. Oleh sebab itulah, masyarakat umum atau penduduk nelayan hanya sebatas mengetahui wujud dan rupa belangkas tanpa mengetahui manfaat dan khasiatnya. Beberapa masyarakat di wilayah Pulau Madura meyakini juga bahwa belangkas mampu menjadi alternatif pengobatan untuk ternak seperti sapi yang mengalami sakit seperti turunnya nafsu makan.

Melihat fenomena itu, penangkapan secara berlebihan dan eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh industri biomedis serta penangkapan ikan dengan metode yang tidak ramah lingkungan dapat menekan populasi belangkas. Bila tidak diperhatikan secara serius, hewan tersebut lambat laun tidak dapat lagi diselamatkan keberadaannya sehingga akan benar-benar menjadi riwayat dan cerita saja. Hal itu sangat disayangkan sebab hingga saat ini belum ada riset khusus yang mampu menggantikan khasiat yang dihasilkan oleh darah belangkas, sehingga keberadaan populasi belangkas dapat terancam.

*Penulis adalah mahasiswa magister program studi Pengelolaan Sumber Daya Alam, Universitas Trunojoyo Madura

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 33 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Didukung Tokoh dan Ulama, KH Makki Nasir Mantap Maju Ketua PWNU Jatim 

26 July 2024 - 12:46 WIB

Bersumber dari DD, PJU di Desa Banyumas Telan Anggaran Ratusan Juta

26 July 2024 - 10:13 WIB

Pemkab Sidoarjo Janji Jembatan Kedungpeluk Segera Dibangun

24 July 2024 - 19:27 WIB

Meninggal 2023 Lalu, Makam Warga di Sampang Dibongkar

24 July 2024 - 14:41 WIB

Pemecatan Dianggap Diskriminatif, Fathur Rosi Gugat Lima Instansi Sekaligus

23 July 2024 - 13:04 WIB

Pembangunan Taman Desa Banyumas Habiskan Ratusan Juta, Kondisinya Memprihatinkan

23 July 2024 - 08:40 WIB

Trending di LINGKAR DESA