Menu

Mode Gelap

KELAKAR · 25 Jan 2021 09:34 WIB ·

Banjir Kalsel Karena Kurangnya Penerapan Green Business


Banjir Kalsel Karena Kurangnya Penerapan Green Business Perbesar

Oleh : Ahfia Nafilah Zulpa, Noor Azizah Safitri, Annisa Fakhrina*

KELAKAR, Lingkarjatim.com – Akhir-akhir ini telah terjadi bencana alam di wilayah Indonesia, salah satu nya yaitu Banjir yang terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan. Bencana banjir terjadi pada hari Rabu, 13 Januari 2021 pukul 23.00 WITA yang melanda beberapa kabupaten diantaranya kabupaten Tapin, Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah, Tanah Laut, Banjar Baru, dan Banjar. Terjadinya banjir di Kalimantan Selatan ini memiliki keterkaitan dengan kurangnya penerapan ataupun edukasi tentang akuntansi manajemen lingkungan dan penerapan green accounting atau green bussiness yang seharusnya dilakukan oleh pelaku bisnis atau usaha yang kegiatan usahanya dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam. Akuntansi manajemen lingkungan merupakan proses pengidentifikasian, pengumpulan, perkiraan-perkiraan, analisis, laporan dan pengiriman informasi tentang informasi berdasarkan arus dan energi, biaya lingkungan, dan informasi lainnya yang terukur serta dibentuk berdasarkan akuntansi manajemen lingkungan sebagai pengambilan keputusan bagi perusahaan. Akuntansi manajemen lingkungan pada dasarnya lebih menekankan pada akuntansi dari biaya-biaya lingkungan. Biaya lingkungan sendiri adalah biaya yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi yang mana berkaitan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan (Hansen, 2007).

Lebih lanjut, green accounting merupakan paradigma baru akuntansi yang menganjurkan bahwa fokus dari proses akuntansi tidak hanya pada transaksi-transaksi atau peristiwa keuangan (financial/profit), tapi juga pada transaksi-transaksi atau peristiwa sosial (people) dan lingkungan (planet). Kemudian, green bussiness sendiri ialah paradigma bisnis yang menganjurkan bahwa dalam berbisnis untuk meraup laba (profit), korporasi perlu peduli dan bertanggung jawab melestarikan lingkungan (planet) dan meningkatkan kesejahteraan sosial (people) dengan mengelola secara baik. Untuk itu, penerapan dan pengedukasian akuntansi manajemen lingkungan dan penerapan green accounting atau green bussiness harus mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam seperti pemanfaatan lahan hutan.

Pada hari Rabu, 20 Januari Kolonel Inf Firmansyah, Komandan Korem (Danrem) 101/Antasari mengatakan dalam konferensi pers daring melalui channel Youtube BNBP, jumlah korban yang terdampak akibat banjir di Kalimantan Selatan terdapat 120.884 KK, sebanyak 342.987 jiwa yang terdampak, sebanyak 63.608 orang mengungsi dan korban meninggal akibat banjir sebanyak 21 korban. Dampak dari bencana banjir tersebut melanda infrastruktur yang ada di Kalimantan Selatan yaitu ada sekitar 66.768 rumah terendam, jalan raya terendam sepanjang 18.294 meter dan ada sebanyak 21 jembatan mengalami kerusakan. Lahan pertanian dan areal budidaya perikanan juga terdampak akibat bencana banjir ini. Total lahan pertanian yang gagal panen mencapai 18.356 hektar yang ada di 11 Kabupaten/kota. Lalu, dampak bagi areal budidaya perikanan terdapat di 4 kecamatan dengan luas terdampak 48 petak kolam, 67 keramba dan 17 zak pakan ikan.

Kurangnya penerapan akuntansi manajemen lingkungan dan penerapan green accounting atau green bussiness ini juga dapat dilihat dari pernyataan Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi Cahyono mengatakan 50% dari lahan di Kalimantan Selatan telah beralih fungsi menjadi perkebunan sawit sebesar 17% dan tambang batubara sebesar 33%. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengatakan penurunan luas hutan alam di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito di Kalimantan Selatan mencapai 62,8%. Tim tanggap darurat bencana di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebutkan penyebab banjir terbesar yang terjadi di Kalimantan Selatan disebabkan dengan berkurangnya hutan primer dan sekunder dalam 10 tahun terakhir. Dari tahun 2010 hingga tahun 2020 terjadi penurunan luas hutan primer sebesar 13.000 hektare, sawah dan semak belukar masing-masing 146.000 hektare dan 47.000 hektare serta hutan sekunder sebesar 116.000 hektare, dilansir dari CNNIndonesia.com, Sabtu (16/1).

Tidak hanya itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendi mengatakan bahwa banjir besar yang terjadi di Kalimantan Selatan merupakan dampak dari fenomena alam La Nina dan eksploitasi alam. Bencana banjir ini menunjukkan bahwa ketahanan lingkungan di Kalimantan Selatan masih lemah, jika ketahananan lingkungan telah kuat fenomena La Nina tidak akan akan menyebabkan bencana yang parah, Kamis (21/1). Dari hal tersebut, eksploitasi alam yang terjadi karena kegiatan usaha yang memanfaatkan lahan hutan maupun lingkungan hijau lainnya belum sepenuhnya melakukan akuntansi manajemen lingkungan dan green accounting atau green bussiness. Jika para pelaku bisnis ataupun usaha menerapkan akuntansi manajemen lingkungan dan green accounting atau green bussiness dengan sepenuhnya maka banjir tidak akan terjadi dan tidak merugikan masyarakat. Sebenarnya dengan adanya penerapan akuntansi manajemen lingkungan dan green accounting atau green bussiness ini memberikan solusi saling menguntunkan karena pelaku bisnis ataupun usaha akan mempunyai performa lebih baik pada sisi ekonomi maupun sisi lingkungan serta berimplikasi pada kepuasan pelanggan dan investor, hubungan baik pemerintah daerah dan masyarakat.

*Penulis adalah Mahasiswi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang

Tulisan ini adalah kiriman dari pembaca, isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 7 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

12 Pelajar Asal Madura Berhasil Lulus di Universitas Al Ahgaf Tarim, Berikut Kesan dan Pengalamannya

1 June 2024 - 12:38 WIB

BURUNG GOSONG KAKI MERAH DARI SAOBI, MADURA

12 May 2024 - 06:26 WIB

BELANGKAS YANG SETIA: JAGALAH KESETIAANNYA

12 May 2024 - 06:20 WIB

Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphure Abboti) : Satwa Endemik Pulau Masakambing – Sumenep Yang Kini Tercancam Punah

21 March 2024 - 12:39 WIB

Kerupuk Teripang ‘Rung-terung’ dan ‘blonyo’: Sisa Kearifan Tradisional Madura?

6 March 2024 - 07:58 WIB

Potensi Keracunan Makanan Pada Saat Udara Panas dan Perlindungan Pada Anak-anak Sekolah

9 October 2023 - 13:13 WIB

Trending di KELAKAR