Saya baru menyadari bahwa ungkapan yang populer saat Pilpres April lalu ini, ternyata punya sanad keilmuan yang amat sangat bisa dipertanggung jawabkan. Begini bunyinya:
“Mau Jokowi yang menang atau Prabowo yang menang, kalau gak kerja, gak makan, gak punya uang.”
Ada pesan ilahiyah dalan kalimat ini. Bahwa presiden tak dapat menyejahterakan rakyatnya. Hanya tuhan yang maha mencukupi.
Saya menyadari makna ilahiyah ini setelah mendengar ceramah Gus Baha’, seorang kiai yang hafal Alquran, santri Sarang, Pesantrennya Mbah Maimun Zubar yang wafat saat menunaikan ibadah haji beberapa waktu lalu.
Begini, kata Gus Baha’ di yutub:
“Saya sering mendengar ada orang bilang, ‘Saya jangan mati dulu, kalau saya mati, bagaimana dengan nasib istri dan anak saya’.
‘Lho itu pernyataan apa? Kalau kamu mati ya mati saja. Sudah kehendak Allah. Diantar beberapa orang ke kuburan, setelah dikubur lalu dilupakan orang.’
“Nasib istri dan anakmu ya itu biar diurus Allah. Kan di kehidupan sehari-hari banyak kita temui, perempuan yang dulu miskin, sengsara, begitu ditinggal mati suaminya lalu menikah lagi dengan laki-laki lain hidupnya tambah baik, tambah kaya, tambah bahagia. Anaknya juga begitu, punya bapak baru yang lebih sayang, lebih terhormat, dan lebih kaya.
“Gak usah drama dan lebay. Biasa saja. Kalau kamu mati ya mati saja. Kok seakan-akan kematianmu menyebabkan nasib orang lain makin buruk. Ada-ada saja.
“Demikian juga dengan Pilpres. Kalau kamu mau nyoblos ya nyoblos saja. Gak usah sok-sokan bilang kalau Capres A terpilih lalu kamu akan sejahtera. Rakyat sejahtera. Mana ada rakyat atau orang sejahtera gara-gara presiden.
“Apalagi sampai bilang, kalau tidak Si A yang jadi Presiden bagaimana nasib agama Islam? Itu pernyataan yang sembrono. Ngawur itu. Islam itu pernah ditinggal meninggal dunia Kanjeng Nabi, para sahabat, orang-orang saleh, dan Islam makin baik karena sudah kehendak Allah. Makin banyak penganutnya. Itu sudah ketetapan Allah. Tidak ada urusannya sama capres pilihanmu.
“Milih ya milih saja. Sewajarnya. Gak usah lebay. Biasa saja. Jadi orang itu yang biasa saja.”
Maka merugilah, mereka yang bermusuhan karena beda pilihan presiden. Yang saling caci makin di medsos. Karena intisari politik adalah drama!
Gak percaya? Ketika cebong dan kampret terus saling sindir di media sosial. Prabowo toh bertemu Jokowi, seolah-olah mereka bukan rival. Seolah-olah mereka tak pernah berseteru. (M.Aldo)