Oleh : Amanda Sangadji*
KELAKAR, Lingkarjatim.com – Covid-19 merupakan jenis virus menular yang menyerang bagian sistem pernapasan manusia, virus ini juga sangat berbahaya sehingga dapat menimbulkan kematian. Virus ini pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019 yang lalu. Semenjak kasus COVID-19 ini di tanah air pertama kali diumumkan oleh presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Maret 2020 yang lalu, munculnya virus ini memberikan banyak dampak negatif yang cukup besar terhadap berbagai sektor di Indonesia salah satunya sektor pendidikan. Pada dunia pendidikan awalnya dimulai dengan meliburkan semua kegiatan sekolah atau perkuliahan dari TK hingga perguruan tinggi sambil menunggu meredahnya wabah COVID-19 ini. Namun, semakin kesini kasus COVID-19 semakin bertambah sehingga pemerintah tetap mengambil alih agar proses pembelajaran berlangsung tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan.
Dengan timbulnya virus ini menyebabkan proses belajar siswa diubah dari offline ke online yang banyak menimbulkan keresahan karena metode pembelajarannya yang berbeda. di Desa Rohomoni Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah, masih menggunakan proses belajar luring atau tatap muka dengan cara setiap guru harus mengunjungi rumah setiap siswa. hal ini membuat keresahan guru dalam memberikan materi dengan waktu dan jumlah siswa yang tidak seimbang. Oleh karena itu, waktu kunjungan proses belajar mengajar oleh guru ke rumah siswa harus diminimalisir dengan sebaik-baik mungkin karena jumlah siswa dalam 1 kelas maksimal 27 siswa, secara otomatis guru harus mengunjungi kurang lebih 27 rumah siswa dengan jarak rumah yang cukup jauh, apalagi 26 September 2019 yang lalu terjadi gempa bermagnitudo 6,8 yang mengguncang Kota Ambon dan sekitarnya. Dampak dari guncangan gempa itu membuat kerusakan rumah warga yang cukup berat, sehingga rumah warga yang rusak berat/roboh dengan terpaksa harus mengungsi di hutan yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman warga. Hal tersebut juga menimbulkan keresahan atau kewalahan guru dalam mengunjungi rumah siswa dengan jarak yang cukup jauh tersebut. Namun hal itu sudah menjadi tanggung jawab guru dalam mengadakan pengajaran, mendidik serta memberi arahan dan pelatihan kepada siswa.
Dalam proses pembelajarannya tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah dengan menggunakan masker, sarung tangan dan saling menjaga jarak antara guru dengan murid dalam satu ruangan. Dari proses pembelajaran tersebut setiap minggunya diadakan evaluasi di sekolah tepatnya SMP N 6 Pulau Haruku. Dari hasil evaluasi tersebut akan dipertimbangkan lebih lanjut tentang proses serta teknik pembelajarannya. Kondisi ini juga sangat memberikan pengaruh buruk bagi siswa, yang mana mereka tidak akan menyerap materi dengan baik dan benar karena perihal waktu yang sangat singkat pada setiap pertemuannya. Menurut penulis metode pembelajaran diatas dapat tetap digunakan, namun dengan cara membentuk beberapa kelompok belajar yang terdiri dari 4-5 siswa dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Dengan membentuk kelompok belajar, tenaga pengajar dapat mengefisiensi waktu karena tidak perlu lagi untuk mengunjungi satu per satu rumah peserta didik.
*penulis adalah Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, Jurusan Akuntansi
Tulisan ini adalah kiriman dari pembaca, isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis