Ratusan Perawat di Jatim Positif Covid-19

SURABAYA, Lingkarjatim.com – Jumlah perawat terpapar covid-19 di Jawa Timur terus meningkat. Hingga saat ini ada 277 perawat positif covid-19, dan 12 di antaranya meninggal dunia.

“Ratusan perawat itu tersebar di berbagai daerah di Jatim, total ada 12 perawat yang meninggal per 12 Juli ini,” kata Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jatim, Nursalam, dikonfirmasi, Senin, 13 Juli 2020.

Perawat terbanyak terjangkit positif covid-19 berada di Kota Surabaya sebanyak tujuh orang. Kemudian sisanya tersebar di berbagai daerah seperti Kabupaten Sidoarjo, Bojonegoro, Tuban, Sampang, Kota Malang dan lainnya.

Nursalam mengatakan, terus melonjaknya pasien positif covud-19 di Jatim membuat risiko tertular perawat menjadi lebih tinggi. Ini juga diperparah banyaknya pasien tanpa gejala (positif covid-19) yang periksa kesehatan di Puskesmas atau rumah Sakit, tanpa protokol kesehatan.

“Selain itu karena ada pasien yang kurang terbuka saat diperiksa kesehatan, sehingga tim medis termasuk perawat ikut tertular,” katanya.

Menurut Nursalam, perawat merupakan profesi yang paling sering berinteraksi dengan pasien covid-19, atau memiliki frekewensi, intensitas, time, dan type (FITT) kontak yang tinggi. Dimana perawat sangat intens berinteraksi mulai pendaftaran, periksa, sampai dirawat pasien menjalani perawatan.

Selain itu, intensitas kontak perawat dengan pasien juga tinggi. Rata-rata sekali interaksi dengan pasien, minimal 10 sampai 15 menit. Perawat juga paling banyak melakukan tindakan terhadap pasien, misalnya tindakan limpah, tindakan mandiri, dan pemenuhan kebutuhan dasar bahkan aspek psikososiospiritual.

“Belum lagi beban kerja seperti pengelolaan jam kerja, kedisiplinan dalam APD, pemenuhan kebutuhan dasar termasuk kesejahteraan, misal insentif yang sampai sekarang belum terealisasi di Jatim. Nah ini menjadi sesuatu yang harus menjadi perhatian pemerintah,” ujarnya.

Nursalam juga mengeluh kurang perhatian dari pemerintah kepada perawat khususnya di tingkat puskesmas, belum dilaksanakannya PCR secara berkala, minimal setiap 14 hari. “Padahal ini sangat penting supaya bisa di deteksi sejak awal ketika ada perawat yang terpapar covid-19. Tujuannya untuk melindungi perawat dan masyarakat dari risiko penularan,” kata Nusalam. (Amal Insani)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here