Menu

Mode Gelap

OPINI · 15 May 2024 13:48 WIB ·

Memaknai Kalimat “Pj Bupati Bukan Tukang Sulap”


Memaknai Kalimat “Pj Bupati Bukan Tukang Sulap” Perbesar

Selain masih baru, kondisi Kabupaten Bangkalan yang sedang tidak baik-baik saja karena dua kali tersandung kasus korupsi sehingga membuat pemerintahan hampir lumpuh, berbagai kebijakan anggaran karena dampak pandemi Covid-19 juga menjadikan beberapa pembangunan infrastruktur mandek sehingga beberapa ruas jalan mengalami rusak parah.

Sejauh pengamatan penulis, etos kerja Pj Bupati Bangkalan kali ini memang dikenal diatas rata-rata jika dibandingkan dengan beberapa pemimpin di kabupaten Bangkalan selama ini yang penulis kenal. Namun begitu, tidak elok sebenarnya untuk membanding-bandingkan karena setiap pemimpin punya kelebihan serta kekurangan masing-masing. 

Karena masih baru, kondisi Kabupaten Bangkalan yang memprihatinkan, dan Pj Bupati Bangkalan sudah bersungguh-sungguh berproses bekerja dengan etos kerja yang tinggi, sekarang tinggal didukung dan sabar. “Semua butuh proses, bukan protes” Mungkin begitulah kira-kira pesan yang ingin disampaikan oleh Pj Bupati kepada masyarakat Bangkalan.

Beliau ingin menyampaikan bahwa dirinya bukan orang sakti layaknya tukang sulap yang bisa merubah hal dalam sekejap dengan hanya membalikkan telapak tangan. Hal tersebut diperkuat dengan seringnya Pj Bupati Bangkalan diberbagai kesempatan meminta agar masyarakat bisa sabar bahwa dirinya sedang berupaya untuk berproses.

Dari cara komunikasi yang dengan sengaja direkam dan disebar, nampaknya Pj Bupati Bangkalan berharap dengan adanya komunikasi massa melalui media vidio atau rekaman tersebut akan muncul feedback atau respon positif berupa dukungan dari semua lapisan masyarakat.

Di era seperti saat ini, penulis menilai apa yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Bangkalan dalam hal membuka kran komunikasi melalui media serta mendukung keterbukaan informasi merupakan hal yang baik. 

Namun penulis juga menilai bahwa sepertinya Pj Bupati Bangkalan sedang berada dibawah tekanan ekpektasi serta harapan masyarakat Bangkalan yang sangat tinggi karena selama ini mungkin masyarakat Bangkalan kurang mendapatkan perhatian, sehingga semua harapan tumpuannya bermuara pada Pj Bupati Bangkalan semata.

Pj Bupati Bangkalan dengan kepribadiannya yang tulus dan etos kerja yang tinggi tentu ingin sekali untuk tidak mengecewakan apa yang sudah menjadi harapan masyarakat Bangkalan. Sehingga membuat dirinya harus  menyampaikan bahwa dirinya bukanlah tukang sulap.

Singkat kata, Pj Bupati ingin menyampaikan jika tukang sulap merupakan orang sakti karena bisa merubah hal dalam sekejap dengan hanya membalikkan telapak tangan.

Namun tidak dengan Pj Bupati Bangkalan yang bukan orang sakti yang tidak bisa merubah hal dalam sekajap hanya dengan membalikkan telapak tangan, melainkan harus berproses tahap demi tahap, melalui perencanaan dan dukungan dari berbagai lapisan masyarakat.

Namun bagi penulis, seharusnya Pj Bupati Bangkalan harus lebih hebat dan lebih sakti dari hanya sekedar tukang sulap. Mengapa demikian? Bisa dibayangkan tidak, kalau tukang sulap hanya punya dua telapak tangan yang bisa dibalik untuk merubah keadaan, tapi Pj Bupati Bangkalan punya ribuan bahkan puluhan ribu tangan yang bisa dibalik untuk merubah sebuah keadaan. 

Ada puluhan ribu pegawai yang bisa dibalik tangannya untuk merubah Bangkalan yang banyak sampah menjadi bersih.

Ada puluhan ribu pegawai yang bisa dibalik tangannya untuk merubah lampu PJU yang mati menjadi hidup kembali.

Ada puluhan ribu pegawai yang bisa dibalik tangannya untuk menyelesaikan masalah parkir yang gak jelas hasilnya masuk kemana. 

Ada puluhan ribu pegawai yang bisa dibalik tangannya untuk menyelesaikan kebocoran pajak rumah makan, pajak reklame, dan pajak-pajak lainnya yang bisa menjadi tambahan PAD untuk digunakan membangun kabupaten Bangkalan.

Tapi pertanyaannya, mampukah Pj Bupati Bangkalan sebagai pemimpin untuk membalik ribuan tangan para pegawai tersebut? Jangan-jangan ribuan tangan tersebut hanya dijadikan bantal untuk tidur, he…..

Tidak hanya jumlah tangan, Pj Bupati Bangkalan seharusnya lebih hebat dari tukang sulap karena tukang sulap tidak punya anggaran PAD serta anggaran transfer dari APBN. Sedangkan Pj Bupati Bangkalan memiliki semua itu, semua support sistem dimiliki mulai dari anggaran, sarana dan prasarana serta sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Seharusnya tidak ada alasan lagi untuk tidak bisa berbuat apapun bentuknya selama ada kemauan, walaupun selama ini hanya selalu anggaran yang menjadi kambing hitam.

Padahal kalau mau jujur, PAD kabupaten Bangkalan jika dikelola dengan baik penulis yakin jumlahnya akan jauh dari yang tertulis saat ini. Namun sayangnya pengelolaan anggaran masih jauh dari kata efektif dan efisien, bahkan cenderung korup. Pendapatannyapun ditengarai masih kental bau amis kebocoran sana sini.

Namun, lagi-lagi pertanyaannya mendapat dukungankah Pj Bupati Bangkalan dari para bawahannya untuk mengelola anggaran dengan efektif dan efisien? Jangan-jangan malah merekalah sumber masalahnya, sudah PAD nya rendah, malah digunakan untuk hal yang tidak bermanfaat, ibarat jatuh ketimpa tangga lagi, he….

Tidak hanya jumlah tangan dan kepemilikan anggaran dan support sistem, Pj Bupati seharusnya lebih hebat dari tukang sulap karena jika tukang sulap hanya berbuat hal yang sifatnya rekayasa dan tidak akan bertahan lama serta manfaatnya juga terbatas namun kalau Pj Bupati Bangkalan jika berbuat sesuatu yang baik manfaatnya akan dinikmati oleh seluruh masyarakat Bangkalan selamanya selama hal yang dibuat tersebut masih ada dan bisa dinikmati oleh masyarakat secara umum.

Contoh misalnya jika Pj Bupati Bangkalan bisa menyelesaikan masalah sampah sehingga kabupaten Bangkalan bersih dan bebas dari penyakit yang diakibatkan oleh tercemarnya lingkungan, maka manfaatnya akan dinikmati oleh seluruh masyarakat Bangkalan bahkan hingga anak cucu. 

Contoh lain jika Pj Bupati Bangkalan bisa menyelesaikan masalah jalan rusak sehingga jalan menjadi lebih baik maka manfaatnya akan dinikmati oleh seluruh masyarakat Bangkalan yang melewati jalan tersebut. Bahkan dalam agama Islam manfaat tersebut akan terus mengalir hingga nanti walaupun kita semua sudah tiada dalam bentuk amal jariyah yang akan menjadi bekal kelak di akhirat.

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 84 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Memperluas Perspektif dalam Membaca Putusan MA Terkait Batasan Usia Cakada

3 June 2024 - 08:45 WIB

Tak Punya Surat Persetujuan Partai, Bisakah Calon DPR/DPRD “GUGAT” di MK ?

2 May 2024 - 14:55 WIB

Tidak Ada Makan Siang Gratis 

12 February 2024 - 13:29 WIB

Prosfektif Peningkatan Ekonomi Rakyat dari Berbagai Pendekatan, Madura Layak Jadi Provinsi

18 December 2023 - 08:20 WIB

Anomali Putusan, MK Milik Siapa ?

17 October 2023 - 14:37 WIB

Lo Punya Uang, Lo Punya Kuasa

16 October 2023 - 18:13 WIB

Trending di OPINI