SUMENEP, Lingkarjatim.com — Untuk kesekian kali, Asosiasi Media Online Sumenep (AMOS) menggelar diklat jurnalistik. Kali ini, giliran Madrasah Aliah (MA) Maslahatul Hidayah, Desa Errabu, Kecamatan Bluto, Sumenep yang menerima ilmu tulis menulis dari segenap jurnalis kenamaan.
Mungkin banyak bertanya, mengapa, selama ini, kuli tinta yang tergabung di AMOS selalu menyasar sekolah swasta, yang notabene berada di pedesaan?, tiada alasan lain, karena segenap jurnalis itu tidak buta terhadap informasi, maupun ilmu tulis menulis.
Ketua AMOS, Ahmadi Muni dalam sambutannya menyampaikan, road show jurnalistik ini, bagian dari komitmen AMOS untuk berbagi pengalaman tentang dunia jurnalis terhadap kalangan siswa. Terlebih, Pers merupakan salah satu dari empat pilar demokrasi.
Mantan aktivis malang itupun menyampaikan sebuah kaidah, jika seseorang ingin mengenal dunia, maka harus membaca, begitupula jika orang itu ingin dikenal oleh dunia, maka harus menulis. Ia menyampaikan, meski orang telah mati, maka tulisannya akan abadi sepanjang kehidupan.
“Demokrasi itu tidak akan sehat tanpa adanya pers. Sebagai kontrol terhadap roda kehidupan pemerintahan. Yang terpenting, kita komitmen untuk senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu terhadap siswa, khususnya di wilayah kecamatan yang haram hukumnya buta informasi, buta tekhnologi, ataupun buta terhadap kaidah-kaidah kepenulisan,” katanya.
Ia menyampaikan, pada dasarnya, untuk menjadi seorang penulis tidak sepenuhnya butuh teori, hanya saja butuh ketelatenan berlatih. Namun demikian, untuk berlatih, maka seseorang itu harus paham tentang makna-makna jurnalis itu sendiri.
“Kalau kita mau berlajar mobil, tidak butuh banyak teori. Tapi harus sering-sering berlatih. Tapi, kita juga harus tau, mana rem dan mana gas. Jangan sampai, mau nginjak rem tapi yang terinjak gas, bisa-bisa kita celaka. Makanya tau tentang mobil, sebelum belajar mobil itu sangat penting,” katanya memberi analogi.
Kepala Sekolah Mashlahatul Hidayah, Haryono menyampaikan, keberadaan media online saat ini sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipungkiri.
Setiap aktifitas sehari-hari, keberadaan media online telah mampu merangsek masuk bukan hanya dikalangan pemuda, usia 40 ke atas pun telah menikmati.
“Media online itu lebih terbuka ketimbang jenis media lainnya. Salah satu kelebihan dari media online ini yakni bisa dibaca kapanpun dan dimanapun, termasuk ketika kita sedang beperjalanan ke luar, itu masih bisa diakses,” jelasnya.
Keberadaan tabloid dan majalah dinding di lembaga Mashlahatul Hidayah, sebagai bagian mengasah kecerdasan menulis para siswa. Walaupun diantaranya, masih harus diperbanyak lagi pemahaman materi-materi soal jurnalistik ini.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Asosiasi Media Online Sumenep (Amos) karena telah sudi menunjang pemahaman siswa kami dengan diklat jurnalistik ini,” jelasnya.
Selebihnya, dia berpesan agar para siswa yang ikut dalam diklat jurnalistik tersebut agar fokus sampai selesai.
“Hari ini mungkin belum disadari bahwa materi jurnalistik ini penting. Tapi yang harus kalian ketahui adalah, suatu saat sebuah tulisan itu akan dicari orang, dan itu akan jadi sejarah bahwa kamu pernah ada,” tuturnya. (Abdus Salam)