SURABAYA, lingkarjatim.com – Kapolda Jatim Irjen Pol Luki Hermawan menyebut bahwa atap empat gedung kelas SDN Gentong, Kota Pasuruan, Jawa Timur, yang ambruk, dibangun dengan konstruksi yang ngawur dan asal-asalan.
Hal itu diketahui setelah penyidik melihat hasil uji laboratorium forensik (labfor).
“Laporan labfor, konstruksi bangunan ini sudah gagal konstruksi dan ngawur, tinggal tunggu robohnya,” kata Luki, Minggu (11/10/2019).
Ia menyebut, konstruksi gedung yang terkahir dirahabilitasi pada 2012 ini diduga memiliki sejumlah ketidaksesuaian spesifikasi.
Ketidaksesuain spesifikasi itu sudah tercium dan menjadi kekhawatiran pihak Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) bahwa sewaktu-waktu bangunan akan ambruk.
Karena itu, pihaknya akan terus mendalami kasus ambruknya gedung sekolah di Pasuruan tersebut. Termasuk kaitannya dengan pidana tindak pidana korupsi.
“PPK sudah menyampaikan kalau ini tidak sesuai spek. Ini akan runtuh. Nah, ini yang akan kami dalami,” ujarnya.
Polda Jatim sendiri telah menetapkan dua orang tersangka kasus ambruknya SDN Gentong Pasuruan.
Dua tersangka itu merupakan kontraktor berinisial D dan S.
D dan S adalah kontraktor yang berasal dari dua CV berbeda, yakni ADL dan DHL. CV pertama beralamat di Kelurahan Sebani, Gadingrejo, Kota Pasuruan. Sementara CV DHL beralamat di Keluarahan Sekargadung, Purworejo, Kota Pasuruan.
Kedua tersangka ditangkap di Kota Kediri, Jumat (8/11) malam saat diduga hendak melarikan diri.
Saat ini mereka telah diamankan di Mapolda Jatim dan dijerat dengan pasal 359 KUHP karena dianggap lalai sehingga menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.
Sebagaimana diketahui, bangunan dan atap sekolah SDN Gentong, Kota Pasuruan, ambruk saat jam pelajaran siswa, sekitar pukul 08.15 WIB, Selasa (15/11) pagi. Akibatnya dua orang dinyatakan meninggal dunia, 11 orang luka-luka.
11 siswa itu dilarikan ke rumah sakit terdekat karena menderita luka-luka. Tiga di antaranya sudah diperbolehkan pulang dan menyisakan delapan orang anak.
Berdasar data di kepolisian, korban meninggal dunia disebabkan atap sekolah ambruk itu terdiri dari seorang siswa bernama Irza Almira (8), dan seorang guru bernama Sevina Arsy Putri Wijaya (19).
(Eddy Aryo)