Herman, warga Gadu Timur, Ganding, Sumenep beberapa waktu lalu meninggal dunia setelah diberondong peluru Anggota Kepolisian Resort Sumenep.
Herman, diduga begal yang bakal mengambil paksa kendaraan bermotor seorang perempuan.
Herman waktu beraksi, membawa sebilah celurit dan/atau arit yang bila ditebaskan kepada seseorang, berpotensi meninggal dunia atau setidak-tidaknya, berpotensi bakal menimbulkan luka berat.
Dalam menyatakan Herman sebagai terduga begal, sejak awal saya sanksi. Sebab, begal, umumnya beraksi di tempat sepi, punya partner dan tidak beraksi tunggal. Umumnya, begal dalam upaya mengambil paksa kendaraan calon korban, dipepet bersama seorang teman atau lebih saat sama-sama berkendara. Nah, Herman dalam beraksi, seorang diri dan di tempat ramai. Ini aneh, tidak biasa dan tidak rasional.
Akhirnya, setelah kejadian dan Herman meninggal dunia, Herman terkonfirmasi mengalami stres berat sebab masalah keluarga.
Masalah ini terus bergulir, keluarga Herman yang didampingi teman-teman aktivis KNPI Jawa Timur melakukan demonstrasi di depan Polres Sumenep, mereka menyampaikan kritik, menyoal tindakan Anggota Polisi yang diduga melampaui batas dalam menangani Herman yang diduga begal itu.
Kritik masyarakat kepada Polres Sumenep tak hanya dilakukan oleh keluarga Herman yang didampingi KNPI Jawa Timur, aliansi mahasiswa di Sumenep juga turun jalan, bahkan aktivis HMI, di bawah komando Dinda Muhsi Ramadani , sampai datang ke POLDA Jatim untuk menindaklanjuti progres penanganan terhadap Anggota Polisi yang terkonfirmasi menembaki Herman. Anggota Polisi yang melakukan penembakan itu, kini terkonfirmasi telah dilakukan pemeriksaan oleh Div. Propam POLDA Jatim.
Aktivis HMI, selain ada yang datang ke POLDA Jatim, keesokannya harinya juga mendatangi Polres Sumenep, membawa keranda mayat, sebagai simbol menjemput keadilan atas Herman.
Dilihat dari vidio yang viral, penembak, dugaan kuat saya, tidak dalam rangka melumpuhkan Herman, tapi lebih pada, tindakan pembunuhan terhadap Herman. Hal itu terlihat, setelah Herman terkulai tak berdaya di atas aspal, di saat kepala Herman mendongak ke atas, “dihajar” lagi dengan peluru sampai kepala Herman tersungkur ke aspal.