Namun fenomena yang kerap dikaitkan dengan Chemtrail tersebut dibantah oleh berbagai pihak. Salah satunya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan menyebut Chemtrail adalah teori konspirasi yang tidak terbukti.
“Tidak terbukti. Jadi memang sangat lemah (keakuratan informasi soal chemtrail). Baik dari penelitian, referensi, itu lemah sekali bahwa ada bahan kimia yang disebar begitu,” ungkap Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Penerbangan BMKG, Ismanto Heri dikutip dari Kompas.com, Jumat (18/02/2022).
Ismanto menegaskan, jejak asap putih di langit yang sering terlihat adalah contrail atau jejak kondensasi pesawat terbang.
Menurutnya, contrail tercipta karena pengembunan udara dari asap pesawat yang mengandung keluaran sampingan berupa uap air, mengalami kondensasi akibat suhu udara atmosfer yang dingin sehingga terbentuk jejak di belakang pesawat.
“Kami melihatnya itu adalah fenomena awan yang muncul di belakang pesawat, bentuknya seperti garis. Dan itu biasa terjadi,” jelas Ismanto.
Ismanto pun bisa memastikan, bahwa tak pernah ada chemtrail di Indonesia. Ia mengatakan, akan terlihat perbedaan apabila memang zat kimia dilepaskan dari pesawat. Secara umum bahan-bahan kimia yang dilepaskan dengan sengaja memiliki jejak tidak setegas contrail, baik dari sebaran dan warna.
“Dari diskusi dan penelitian, memang belum ditemukan. Dari kami tidak menemukan itu (chemtrail untuk senjata). Tidak terbukti,” tegasnya.