SUMENEP, Lingkarjatim.com — Dinas Sosial Kabupaten Sumenep berjanji akan membantu tiga anak yatim piatu yang hidup di bawah kemiskinan di Dusun Brakas Laok, Desa Guluk-Guluk, Kecamatan Guluk-Guluk. Untuk itu, Dinsos Sumenep akan berkoordinasi dengan pihak terkait di daerah tersebut.
“Kita akan mencoba nanti bagaimana polanya yang paling baik untuk menangani hal tersebut. Kami akan koordinasi dengan camatnya, dengan kepala desanya, dengan masyarakat sekitar, agar anak ini tertangani dan bisa dibina dengan baik untuk kehidupan secara laiak,” kata M Iksan, sesaat setelah dilantik sebagai Kepala Dinsos Sumenep, Selasa (07/01) malam.
Namun, dia belum memastikan bentuk bantuan yang akan diberikan. Pasalnya, sebagai kepala dinas baru, Iksan mengaku belum mengetahui anggaran bantuan sosial di Dinas Sosial Sumenep. Kendati demikian, Iksan memastikan, jika anggaran itu ada, pihaknya akan membantu tiga anak tersebut.
“Saya belum tau, anggaran kita itu berapa. Saya mengatakan ada tapi ternyata dianggaran tidak ada, makanya ketika itu ada dan itu siap untuk diperbantukan, kita tidak akan segan-segan untuk membantu mereka,” jelasnya.
Iksan juga mengatakan, dalam waktu dekat, pihak Dinas Sosial Sumenep akan turun langsung meninjau tiga anak yang tinggal di gubuk reot itu. Sebagai orang berlatarbelakang Nahdlatul Ulama (NU), Ikhsan mengaku sudah terbiasa dengan gerakan-gerakan sosial.
“Oh jelas (akan turun ke lokasi, red), setiap ada orang merintih InsyaAllah saya akan bergerak, karena memang dasar saya orang dari NU terbiasa dengan gerakan-gerakan seperti itu. Sehingga apa, ketika ada orang merintih, ada masyarakat yang mungkin mengeluh masalah-masalah bansos itu menjadi target kami untuk diselesaikan dan dituntaskan secara baik,” kata mantan Kabid Pemuda dan Olahraga Disparbudpora Sumenep itu.
Diberitakan sebelumnya, tiga kak beradik, yakni Jailani, Mila, dan Zainullah hidup di gubuk reot di desa itu, padahal, di atas kertas, desa itu tergolong cukup maju. Ayahnya meninggal sekitar 2 tahun lalu dalam kecelakaan kerja.
Nestapa semakin melengkapi tiga anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan Raudhatul Athfal (RA) itu setelah ibunya meninggal dalam kecelakaan. Sang ibu, yang sempat mejadi TKW di tanah arab, meninggal dalam perjalanan belanja untuk membeli makanan bagi masyarakat yang gotong royong merenovasi rumah bambunya. (Abdus Salam).