SURABAYA, lingkarjatim.com – Empat orang dekat Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bertekad maju pada Pilwali Surabaya 2020. Mereka pun langsung mendaftarkan diri setelah PDI Perjuangan, resmi membuka penjaringan bakal calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya.
Keempat orang itu adalah Ali Azhar alias Gus Ali, mantan Ketua Umum Pengurus Besar PPKN (Pergerakan Penganut Khittah Nahdiyah), yang juga kelurga besar Ponpes Siwalanpanji Buduran Kabupaten Sidoarjo. Kemudian Wakil Sekretaris Muslimat NU Jatim Dwi Astuti.
Selanjutnya keponakan Khofifah putri dari KH Maskur Hasjim yang juga tercatat sebagai Pengurus Fatayat NU Jatim Lia Istifhama, dan mantan juru bicara pasangan Khofifah di Pilgub Jatim 2018, yakni Zahrul Azhar Asad alias Gus Hans.
Dari ketiga nama itu, hanya Gus Hans yang belum mendaftar ikut penjaringan yang dibuka PDI Perjuangan. Sementara ketiga nama lainnya telah resmi mendaftar, bahkan mereka telah mengembalikan formulir pendaftaran hari ini Sabtu kemarin lusa.
Salah satu nama yang bisa dikonfirmasi, Gus Ali membenarkan bahwa dirinya serius maju Pilwali Kota Surabaya. Gus Ali mengaku banyak pihak mendorong agar maju pada Pilwali Surabaya, utamanya warga Nahdliyin (NU), dan warga Madura di Surabaya yang menjadi alumni Ponpes Siwalanpanji Buduran Sidoarjo.
“Saya juga sudah komunikasi intensif dengan Partai Gerindra, PKB, PSI, PPP dan parpol lainnya. Paling tidak saya juga sudah bisa mengukur kekuatan kandidat lain yang juga akan maju di Pilwali Kota Surabaya,” kata Gus Ali.
Selain komunikasi dengan parpol, Gus Ali mengaku juga sudah melakukan silaturrahim dengan sejumlah tokoh masyarakat, ulama dan ormas serta kelompok masyarakat. Namun dia enggan ikut-ikutan mengklaim mendapat restu dan dekat dengan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
“Saya berani pastikan Ibu Khofifah akan merestui siapa yang pernah dekat dengan beliau. Tapi soal dukungan tak mungkin dinyatakan sebab saya tahu betul karakter Ibu Khofifah, karena beliau itu guru politik saya,” kata Gus Ali.
Terpisah, Zahrul Azhar Asad alias Gus Hans membenarkan tidak ikut mendaftar ke PDIP. Kemungkinan besar Gus Hans akan menggunakan kendaraan politik melalui Partai Golkar.
Sebab, Gus Hans saat ini tercatat sebagai wakil ketua DPD Partai Golkar Jatim. Selain itu, Gus Hans juga enggan melibatkan nama besar Khofifah Indar Parawansa.
“Saya paling tidak suka melibatkan aparat negara. Beliau (Khofifah, red) itu sekarang sudah jadi Gubernur Jatim. Itu tidak baik untuk pendidikan politik, kalau kita mengkapitalisasi kedekatan kita dengan tokoh, bairkan jadi komunikasi kita sendiri,” kata Gus Hans. (Amal Insani)