SURABAYA, Lingkarjatim.com – Lembaga survei iPOL Indonesia (IT-Research and Politic Consultan), merilis update pemantauan jelang Pilkada Serentak di Jawa Timur 2020 mendatang.
Hasilnya, Eri Cahyadi yang merupakan orang dekat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyalip petahana Whisnu Sakti Buana (Wakil Wali Kota Surabaya).
“Dari sejumlah nama yang beredar, ada tren peningkatan ekspos terhadap Eri Cahyadi (Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya),” kata CEO iPOL Indonesia, Petrus Hariyanto, di Surabaya, Jumat (6/12/2019).
Petrus kaget nama Eri Cahyadi bisa menyalip nama Whisnu yang kini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Surabaya.
Padahal, Eri Cahyadi sempat menempati posisi kedua setelah Whisnu berdasarkan hasil survei tiga pekan lalu. Kini, Eri berada di posisi teratas dan mendominasi dengan sentimen pemberitaan yang positif.
Berdasarkan hasil survei iPOL, Eri Cahyadi paling sering muncul di media sosial (medsos) dan media mencapai 2.701 ekspos, posisi kedua adalah Whisnu Sakti Buana 2.300 ekspos.
Disusul kemudian oleh Armuji 1.002, Zahrul Azhar As’ad atau Gus Hans 544, Dyah Katarina 299, keponakan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Lia Istifhama 146, pengacara M. Sholeh 134, anggota DPD RI Ahmad Nawardi 123, Ketua DPC Peradi Surabaya Hariyanto 70.
Menurut Petrus, masyarakat menilai Eri Cahyadi punya rekam jejak karir yang tidak jauh berbeda dengan Wali Kota Surabaya Risma. Sehingga, digadang sebagai salah satu kandidat terkuat.
“Bahkan, Armuji dan Whisnu cenderung ingin menggandeng Eri dalam Pilkada Surabaya agar bisa kembali menangi Pilwali Surabaya. Info dari survei internal partai, sosok Eri Cahyadi sebagai salah satu figur yang potensial,” kata Petrus.
Calon lain yang juga mulai terpantau bergerak adalah mantan Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Amin Jatim, Irjen (Purn) Machfud Arifin (mantan Kapolda Jatim), keponakan Menkopolhukam Mahfud MD (Firman Syah Ali), Gus Ali Azahra, dan Samuel Teguh Santoso.
“Fenomena banyaknya calon walikota yang juga struktur PDI Perjuangan, mengindikasikan bahwa siapapun calon dari PDIP yang bakal dapat rekomendasi akhir nanti, tetap akan menjadikan lawannya akan sulit menang, jika tidak ada strategi dan pola pemenangan yang rapi dan diimbangi dari sekarang,” kata Petrus.
Menurut Petrus, semakin masif munculnya nama-nama baru sebagai bakal calon Wali Kota Surabaya di bulan Desember ini, menunjukkan analisis pemenangan berbasis Big Data dan Teknologi Politik (Teknopol) makin dibutuhkan. Ini karena adu strategi dari kandidat baru yang mulai bermunculan tidak bisa dianggap remeh.
“Karena kampanye politik di era digital atau 4.0, saat ini makin mudah dan cepat dalam membangun popularitas, kedisukaan, maupun ketidaksukaan terhadap kandidat. Adu strategi, narasi dan kekuatan manajemen pemenangan kandidat mulai diuji, di masa pra rekomendasi partai saat ini. Dibutuhkan kerja terencana, terukur, akurat, terkendali dan terupdate,” ujar Petrus. (Amal Insani)