SUMENEP–Lingkarjatim.com, Polemik postingan wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep, Jawa Timur dari Partai Demokrat, Indra Wahyudi belum juga usai. Indra yang menyebut media “ecek-ecek” di akun facebook pribadinya, Indra Wahyudi semakin mendapat penilaian negatif sebagai wakil rakyat.
Setelah sebelumnya diluruk sejumlah wartawan, dan sejumlah pengamat politik menilai komunikasi Indra sebagai publik figur buruk, kini ketua DPC Demokrat, Soengkono Sidik pun angkat bicara.
Komunikasi Indra Wahyudi yang dinilai buruk itupun mendapat perhatian serius dari Soengkono. Kata dia, Indra perlu banyak belajar lagi etika komunikasi, terlebih dengan jabatan strategis dia sebagai wakil pimpinan DPRD.
“Itu (Indra) kan masih muda, usianya muda, masih perlu belajar,” kata Soengkono Sidik saat dihubungi sejumlah media melalui sambungan telephone nya, Senin (14/10).
“Sudah sering kita rembukkan dan sebagainya, paling tidak mengikuti, kita menginginkan suatu wakil pimpinan yang memang harus betul-betul memperjuangkan untuk rakyat Sumenep,” tambahnya.
Kata mantan wakil Bupati Sumenep itu, pihaknya akan berupaya mengingatkan Indra, jika apa yang diucapkan Indra melalui akun facebooknya mendapat respon negatif dari maayarakat.
“Ya kalau memang itu suatu hal yang kurang berkenan pada masyarakat, ya nanti kita perbaiki, kita ingatkan,” tegas mantan Kepala Bappeda Sumenep itu.
Sebelumnya, Status Facebook, Wakil Ketua DPRD Sumenep, Indra Wahyudi, dari Fraksi Partai Demokrat, menyebutkan media “ecek2” yang cenderung mendiskreditkan dalam setiap pemberitaannya tak akan mengalahkan popularitas dirinya di mata masyarakat.
Kata Indra media “ecek-ecek” yang dia maksud adalah media yang tidak jelas identitasnya. Termasuk badan hukum media tersebut. Selain itu, kata Indra yang dia maksud dengan media “ecek-ecek” itu adalah kriteria media yang sering menyebarkan berita bohong.
Sayangnya, ketika ditanya identitas media yang dimaksud, Indra enggan menyebutkannya. Kata dia, itu menjadi konsumsi pribadinya.
“Media-media yang keberadaannya tiba-tiba ada, satu minggu ada, satu minggu tidak ada. Saya berharap, kemudian tidak ada media yang seperti itu. Dalam tanda kutip, media ecek-ecek yang saya sebut disini adalah pertama, legalitas kelembagaannya tidak jelas,” kata Indra, Rabu (09/10).
“Kemudian tidak ada identitas keberadaannnya, tidak jelas. Sebab, jika ini dibiarkan maka kredibilitas media yang formil, seperti media media lokal atau nasional yang sudah berdiri, ini akan menjadi imbas buruk dengan adanya media media yang seperti ini (ecek ecek, red),” tambahnya. (Abdus Salam)