SUMENEP-LingkarJatim.com – Cuaca yang masih tidak menentu belakangan ini sangat berpengaruh pada produktivitas nelayan di Kabupaten Sumenep. Para nelayan memilih tidak melaut lantaran cuaca cepat berubah dan berpotensi membahayakan pelayaran.
Halil, 50, nelayan asal Kecamnatan Pasongsongan mengatakan saat ini cuaca cenderung tidak menentu, mayoritas nelayan memilih tidak melaut. Terutama untuk nelayan-nelayan kapal berukuran kecil. “Kapal kecil yang berangkat harian di laut dangkal belum berani melaut sebab cuaca yang tidak memungkinkan. Hanya kapal ukuran besar dengan alat tangkap besar yang berani melaut. Kapal-kapal tersebut mencari ikan selama dua sampai tiga hari di lautan lepas,” katanya.
Menurut Halil, hujan yang kerap turun membuat nelayan kapal kecil jarang mendapatkan ikan. Sehingga pengeluaran untuk melaut, tidak sebanding dengan ikan hasil tangkapan. “Biaya operasional nelayan kapal kecil untuk melaut antara Rp300.000-Rp 500 ribu. Kalau hasil tangkapan kami sedikit kan rugi,” ungkapnya.
Saat cuaca normal, dia bisa mendapatkan ikan hingga 2 ton sampai 3 ton. Namun saat cuaca tidak menentu, dia hanya mendapatkan 15-20 kilogram. “Biasanya cuma ikan sedikit dan cumi. Jadi rugi kalau cuma dapat segitu ,” katanya.
Kendala yang dihadapi nelayan yakni hujan disertai petir. Selain itu, juga gelombang yang cukup tinggi. “Kalau hujan dan petir, biasanya nelayan tidak berani melaut. Misal awan tebal di sebelah barat laut, semua nelayan biasanya tidak berangkat,” pungkasnya. (nir)