SUMENEP, Lingkarjatim.com — Makam yang ada di Dusun Tengah, Desa Basoka, Kecamatan Rubaru, Sumenep ini terbilang makam yang kramat. Banyak warga yang berziarah ke makam ini, terlebih di bulan ramadhan.
Makam yang tepat berada di pinggir jalan di tengah-tengah Desa Basoka ini, warga menyebutnya bhuju’ lanjhang. Bhuju’ dalam bahasa Madura, artinya makam para waliyullah yang keramat. Lanjhang, maknanya yaitu panjang.
Sebutan ini senada dengan ukuran makam ini. Disebut Bhuju’ Lanjhang, karena makam ini memiliki ukuran panjang yang tidak seperti biasanya. Makam ini memiliki ukuran panjang mencapai 10,5 meter.
Sebenarnya, terdapat dua Bhuju’ atau makam Waliyullah yang ada di desa ini. Jaraknya pun berdekatan, sekitar 100 meter antar makam. Hanya saja, hingga kini tidak diketahui siapa Waliyullah yang memiliki tempat peristirahatan terakhir di desa tersebut.
Konon, dua makam keramat itu sudah ada sejak dahulu kala. Makam itu sudah ada sejak Desa Basoka belum dibabat dan masih berupa hutan belantara. Hanya saja, terdapat tanah percaton milik Abdi Keraton Sumenep.
Masyarakat sekitar percaya, dua makam atau bhuju’ itu merupakan pasangan suami isteri. Makam yang panjang itu, dipercaya sebagai makam ‘Lendaur’, manusia terpanjang di desa itu. Sedang satunya adalah isterinya.
“Dua bhuju’ ini sudah ada dari dulu dan masih belum diketahui asal muasalnya.
Warga mengeramatkan bhuju’ itu,” kata juru kunci Bhuju’ Lanjhang, Moh. Najib.
Hingga kini, Bhuju’ tersebur masih terawat dengan baik. Batu nisannya pun masih utuh. Di sekitar makam panjang itu pun sudah dibangunkan tembok sejak sembilan tahun lalu.
Sedang di makam satunya, meski terawat dengan baik, hingga kini balum dipercantik seperti dibangun tembok. Kata Najib, karena makam itu berada di antara banyak pohon mangga.
Sebelum bulan puasa, masyarakat setempat melaksanakan rokat atau selamatan dengan menyembelih kambing di sektira Bhuju’ tersebut. Masyarakar juga mengaji yasin dan tahlil.
“Tujuannya, agar warga setempat mendapat kebaikan dari Allah serta menghormati arwah leluhur mereka. Rokat dilakukan turun-temurun pada saat mendekati bulan puasa,” terangnya. (Abdus Salam).