BANGKALAN, Lingkarjatim.com– Madura adalah bagian kecil dari Indonesia, namun sebagai penganut budaya patriarki, Madura sama dengan kebanyakan daerah di Indonesia.
Meski demikian, penduduk Madura sebagai mayoritas penganut agama islam (lebih-lebih keluarga pesantren) sangat memegang teguh ajaran agama Islam yang telah mengatur dengan sangat jelas tentang kehidupan rumah tangga (Baca: hak dan kewajiban suami istri).
Atas dasar itulah kurang tepat kiranya narasi yang dibangun oleh film pendek yang berjudul Surga Kecil di Bondowoso yang belakangan ini viral karena pernah ditayangkan di festival film dokumenter Internasional di Amsterdam, ironisnya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melalui surat permohonan yg diedarkan memintaa agar film itu diputar secara serentak dalam rangka Peringatan Hari Ibu ke 91.
Oleh karena itulah film itu layak ditolak karena beberapa hal berikut;
- Hal hal yg sifatnya kasuistik tidak bisa dijadikan landasan untuk menilai Madura secara keseruluhan.
- Adanya perbandingan budaya Madura yang digambarkan dalam film dengan Ponpes Sidogiri seolah-olah ingin membenturkan antara Masyarakat Madura dan Ponpes Sidogiri.
- Bondowoso adalah wilayah Jawa secara teritori, namun secara akar budaya Bondowoso nyaris sama (kalau tdk mau dikatakan sama persis) dengan Madura mengingat asal muasal masyarakat Bondowoso dari Madura.
Dengan ini atas nama Masyarakat Madura menuntut :
- Mengecam sikap diskriminatif yang digambarkan dalam film Surga Kecil di Bondowoso.
- Menuntut semua pihak yg terlibat dlam pembuatan filem Surga Kecil di Bondowoso harus meminta maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat Madura serta pihak-pihak yang dicatut namanya.
- Menuntut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (I Gusti Ayu Bintang Darmawati) harus meminta maaf secara terbuka kepada seluruh masyarakat Madura karena telah menjelekkan citra Madura.
*Oleh: Muhammad Fathul Bary
(Tokoh Pemuda Madura)