Namun suasana sedikit berubah, ketika hari sudah mulai beranjak siang,
Massa aksi yang menamakan dirinya dengan Trunojoyo Bergerak yang pada saat itu baru tiba di gedung DPRD Bangkalan sebagai peserta aksi yang ketiga sekaligus terakhir saat itu setelah sebelumnya Gema UTM dan AB3 Lebih dulu tiba di tempat yang sama.
Setelah beberapa saat melakukan orasi dan merasa tidak segera ditemui, massa aksi lalu mencoba untuk masuk ke gedung dewan dengan menerobos brikade kepolisian.
Sontak aksi saling dorong tidak terelakkan, yang kemudian berlanjut saling adu jotos antara petugas kepolisian dengan mahasiswa peserta aksi. Kondisi terus memanas sehingga, emosi aparatpun tak terkendali, sejumlah anggota kepolisian terlihat beringas menghujani peserta aksi dengan pukulan menggunakan tongkat.
Peserta aksi kocar-kacir, sadar bahwa kondisi tak berimbang membuat mahasiswa lontang-lantung berupaya menyelamatkan diri dari serangan tongkat para petugas.
Dari insiden tersebut, terdapat 5 mahasiswa cidera dan harus di bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis.
Melihat pristiwa tersebut, darah mendidih, pikiran berkecamuk, saya merasa teramat sedih, tidak terima, bahkan marah adik-adik mahasiswa diperlakukan tidak sewajarnya, bagaimanapun saya juga pernah berada di posisi dimana berdiri tegak diatas podium sambil meneriakkan kalimat “Hidup Mahasiswa” dengan menggunakan pengeras suara.
Sangat disayangkan memang, tapi saya mencoba mengelola emosi, untuk lebih objektive menilai keadaan, toh sebelumnya Kapolres Bangkalan AKBP Alith Alarino sudah sedemikian rupa berupaya mencoba menenangkan dua kubu untuk menahan emosi agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan, namun insiden tetap tidak bisa di elakkan.
Bisa jadi faktor lapar karena bulan puasa, lelah karena ini merupakan pengamanan aksi yang ketiga, sehingga anggota polisi gagal mengelola emosi dan menahan diri untuk tidak bertindak diluar kewajaran.
Terlebih, tidak mudah memang mengendalikan dan mengatur adik mahasiswa yang masih berdarah muda, apalagi anggota polisi juga manusia biasa yang hanya beda seragam dan bayaran saja dengan para mahasiswa.
Walaupun kemudian, perasaan sedikit lega setelah Kapolres Bangkalan secara jantan mengaku bertanggung jawab penuh atas tindakan yang dilakukan oleh anggotanya.
Bahkan juga segala biaya pengobatan korban dari insiden tersebut menjadi tanggung jawabnya.
Dihadapan para peserta aksi Kapolres Alith dengan penuh perasaan mengatakan bahwa seandainya bisa berperan ganda maka dirinya akan berada di kubu mahasiwa selain juga sebagai anggota kepolisian.
Pada waktu yang sama, Ketua DPRD Bangkalan Moh. Fahad dengan sangat bijak berharap insiden tersebut bisa menjadi pelajaran bersama, agar dikemudian hari tidak terjadi insiden yang sama ketika ada kegiatan yang serupa.
Tidak hanya itu pula, Bahkan Ketua DPRD Bangkalan mengabulkan semuanya dari apa yang menjadi tuntutan para peserta aksi, otomatis suasana yang awalnya sempat memanas dan menegangkan kembali cair.
Mahasiswa yang awalnya beringas dan memblokade jalan, akhirnya memilih membubarkan diri dengan sendirinya tanpa harus ada tindakan khusus dari petugas.
Dari peristiwa ini, saya sebagai penulis hanya ingin menyampaikan gagasan bahwa apapun alasannya, harapan dari Kapolri Listyo Sigit Prabowo tentang pengamanan aksi mahasiswa yang humanis telah gagal di lakukan oleh Kapolres Bangkalan.
Walaupun kegagalan tersebut tidaklah berdiri sendiri, bahkan banyak faktor yang mempengaruhi, sehingga sebagai penulis, izinkan saya mencoba memberikan beberapa catatan sebagai bahan koreksi dan evaluasi internal kepolisian resort Bangkalan, diantaranya :
- Untuk memperbaiki dan meningkatkan lagi pola komunikasi dan strategi dalam melakukan pengamanan aksi.
- Melakukan pembinaan dan peningkatan kemampuan pengelolaan emosi anggota kepolisian polres Bangkalan.
- Memperbaiki managemen standar Operasioanl Prosedur (SOP) dalam memberikan pelayanan yang terbaik khususnya pada saat melakukan pengamanan kegiatan aksi demonstrasi.
- Melakukan evaluasi menyeluruh terkait pengamanan aksi demostrasi yang dilakukan oleh tim polres Bangkalan pada Senin (11/04/22) di gedung DPRD.
- Temukan dan sanksi anggota yang terbukti menyalahi (SOP) dalam insiden tersebut sesuai dengan janji Kapolres Bangkalan.
Selain memberikan catatan rekomendasi untuk bahan koreksi serta evaluasi kepada Polres Bangkalan untuk bisa menjadi lebih baik lagi, saya selaku penulis juga memberikan apresiasi kepada Kapolres Bangkalan AKBP Alit Alarino dan Ketua DPRD Bangkalan Moh. Fahad yang telah kompak dan sigap membalikkan keadaan sehingga kembali terkendali dan aman sehingga tidak menimbulkan kegaduhan yang lebih besar.
Teruntuk adik-adik mahasiswa, dipundakmulah arah kemajuan bangsa, panjang umur perjuangan. Hidup Mahasiswa !!!!!
*Redaksi media Lingkarjatim.com