Dijelaskan, rendahnya produksi garam tahun ini karena cuaca yang tidak mendukung, dan itu diluar dugaan, yakni terjadinya hujan berkepanjangan yang diprediksi akan sampai akhir Agustus 2022.
Diakuinya, petani garam selalu dikejar hujan saat produksi. Biasanya petani garam membutuhkan waktu sepuluh hari untuk panen, saat ini malah tiga hari sudah panen. Dampaknya, garam yang diproduksi oleh petani kualitasnya berkurang.
“Seandainya La Nina tidak ada, mungkin hasil panen produksi garam akan mencapai ribuan ton. Mudah-mudahan La Nina ceepat usai, agar petani bisa konsisten produksi garam dan bisa diperkirakan,” jelasnya.
Ditanya terkait target produksi garam tahun 2022 ini?, Mahfud mengaku lupa dengan jumlah target yang ditentukan. Namun, yang jelas hasil produksi sementara, yakni lima ton garam itu hasil jerih payah petani garam dengan cuaca yang tak menentu.
“Capaian produksi lima ton itu hasil dari sebagian petani, karena dengan cuaca yang tidak dapat diprediksi tidak semua petani di Sampang memanen garam,” tutupnya. (Jamaluddin/Hasin)