Nasional, Lingkarjatim.com,- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengaku impor beras melelahkan. Menurutnya, proses impor beras tak mudah dilakukan dan harus melewati banyak tahapan. Sementara itu, terkait rencana pemasukan beras impor sebanyak 2,5 juta ton tahun ini masih dalam proses lelang (biding). Meski begitu, dia tetap menegaskan beras impor dijaga agar masuk RI sebelum musim panen raya.
Seperti diketahui, pemerintah menugaskan Perum Bulog mengimpor beras sebanyak 2 juta ton tahun ini. Melanjutkan impor beras yang dibuka sampai 3,5 juta ton pada tahun 2023 lalu. Namun, sebanyak 500.000 ton kuota tahu 2023 tersebut baru bisa direalisasikan tahun 2024. Sehingga, total kuota impor beras yang harus diselesaikan Bulog adalah 2,5 juta ton.
Menurut Arief, impor beras ditujukan untuk mengisi cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di gudang Bulog. Yang akan digunakan untuk sejumlah program intervensi pemerintah, yaitu program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta bantuan 10 kg beras kepada sekitar 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM).
“Impor nggak boleh masuk saat panen raya yang kemudian akan mengganggu harga petani. Namun, Bulog akan langsung masuk begitu harga pada saat panen raya turun,” katanya, dikutip Selasa (23/1/2024).
“Sekarang proses impor yang 2,5 juta ton masih proses biding. Kita lakukan penjelasan kepada peserta, lalu verifikasi, setelah itu biding harga terbaik dengan spesifikasi yang ditentukan. Biasanya biding terbuka 500.000 ton pertama dulu. Kita sesuaikan dengan kemampuan port (pelabuhan) juga,” ujar Arief.
Karena itu lah, dia mengaku, jika memungkinkan stok CBP diisi sepenuhnya dari produksi gabah petani di dalam negeri.
“Saya selalu mendorong supaya produksi dalam negeri diutamakan. Karena itu memudahkan kita. Jangan disangka impor beras itu enak, capek! Mulai persiapan biding, sampai proses pemasukan,” sebutnya.
“Dan, kalau impor berarti giat ekonominya ada di negara lain. Di Vietnam, Thailand, Pakistan. Coba di Indonesia, kan keren ya. Kalau 3 juta ton itu berarti kita spend Rp30 triliun di negara orang,” tambah Arief.