Menu

Mode Gelap

KELAKAR · 3 Jul 2018 05:46 WIB ·

Madura : Pilkada Bermodal Nilai Lokal


Oleh: Samsul* Perbesar

Oleh: Samsul*

Oleh: Samsul*

OPINI – Berangkat dari teori negosiasi wajah (Face negotiation theory) yang dikembangkan oleh Stella Ting-Toomey pada tahun 1988. Teori ini berpendapat bahwa wajah didefinisikan sebagai image diri seseorang dimata orang lain. Dalam hal ini, image dapat diartikan sebagai citra diri atau gambaran diri atau harga diri seseorang dimata orang lain.

Kiranya pandangan teori diatas cukup menjadi alasan kenapa ahirnya Madura dikatakan sebagai etnik yang tegap, bersuara lantang, kumis tebal, kopiah tinggi, kaos loreng lengkap dengan celuritnya. Bahkan banyak lagi yang tanpa ragu mendefinisikan orang Madura yang keras, kasar, suka membunuh. Tetapi tentunya pandangan yang cenderung stereotif negatif tidak bisa digenalisir bahwa semua orang Madura meakukan tindakan-tindakan tersebut. Alasan yang cukup kuat untuk menolak anggapan tersebut bahwa orang Madura sangat santun, tidak gegabah, mengedepankan musyawarah, hal ini dapat dilihat dari ungkapan perubahasa Madura lengkap dengan makna filosofi yang terkandung didalamnya.

Saduhunina (apa adanya), seduhunina merupakan cerminan dari sifat tegar dan tegas. Pembawaan yang mengesankan keluguan ini dapat melahirkan sikap yang jujur, polos, apa adanya dalam menyampaiakan isi hatinya serta segala sesuatu yang dirasakan dalam benaknya yang dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan ceplas-ceplos. pembawaan seduhuna (istilah lain dari seduhunina) inilah orang Madura tidak takut adhebu terrang (adu terang), jujur dan sealu berkata seadanya tanpa peduli siapapun yang berada di hadapannya, (Ahmad Rifai, 2007).

Bengalan (Pemberani) selaras dengan ungkapan paresan ini tersirat makna bahwa masyarkat Madura sebagai sosok yang pemberani membela kebenaran sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya. Sebagai akibat dari sikap tersebut bahwa orang Madura pada umumnya berani bersifat tegas saat berhadapan dengan siapa saja untuk membela kebenaran. Secara fisik mungkin masyarakat Madura terkesan kecil dan lemah, akan tetapi keberaniannya bisa melebihi orang lain yang secara postur tubuhnya lebih besar, hal ini dapat dilihat dari parbesan Madura kene’ ta’ korang bulenna (kecil tidak kurang bulannya).

Esto (setia), sifat positif kesetiaan ini berlaku dalam berbagai tingktan hidup dan tugas-tugas yang diembannya. kesetiaan orang Madura yang tergambar dari istilah ini menyiratkan makna pembawaa yang tulus dan lurus, memiliki sikap loyalitas yang tinggi terhadap tugas dan kewajibannya. Implementasi dari sikap ini kemudian melahirkan pandangan bahwa orang Madura kenneng andhelagi (dapat diandalkan). Menggambaran dari ca’oca’ ini bahawa tidak heran apabila orang Madura diluar Madura banyak sukses karena keuletan dan dedikasinya yang tinggi terhadap pekerjaan dan tanggng jawabnya.

Rampa’ naong beringin korong, merupakan filosofi hidup orang Madura. Istilah yang sangat populer ini mengacu kepada pohon beringin yang rindang dan sanggup meneduhi orang yang berada dibawahnya. Falsafah ini kemudian menjadi pedoman hidup yang berarti bahwa orang Madura menyukai kehidupan yang damai, tanpa kekerasan, tanpa tindakan diskriminasi dan persengketaan.

Sisi lain kehidupan masyarakat Madura dengan sistem kehidupan yang kolektif bukan individualis. Kenyataan ini dapat ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari dengan gotong royong, saling tolong menonolong antara satu dengan yang lainnya tanpa mengharapkan balasan apapun. Gambaran kehidupan sosial masyarakat Madura dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan istilah atatolong saling membantu ataupun song osong lombung (serepak mengusung lumbung), sebagai ca’oca’ untuk menyatakan kegiatan orang banyak yang berkumpul untuk mengerjakan sesuatu secara bersama-sama.

Kearifan lokal diatas merupakan pemikiran tentang ide lokal yang mengandung tata nilai kebijaksanaan, kebaikan yang terinternalisasi secara turun temurun yang berfungsi sebagai landasan filsafat perilaku yang baik menuju harmonisasi. Maka demikian juga apabila dikatikan dengan kehidupan bernegara dan berdemokrasi dalam wawasan kebangsaan dan keindonesiaan.

Wujud ber Indonesia yang baik berupa dijalankannya sebuah sistem demokmasi yang salah satunya ditandai dengan pelaksanaan penyelenggaraan pemilu yang bebas jujur dan adil untuk seluruh bangsa Indonesia termasuk masyarakat madura. wujud dari keadilan tersebut adalah dengan menjalankan bebas menentukan pilihannya berdasarkan pada pendekatan-pendekatan dan keyakinan-keyanian yang berlandaskan pada pengetahuan lokal sebagai modal dalam menentukan sebuah pilihan.

Pengetahuan lokal sebagai buah dari hasil proses belajar tersebut kemudian menjadi bekal untuk memilah, memillih, menentukan, memutuskan siapa yang pantas dan tepat untuk memimpin selama 5 tahun kedepan. Modal ini tentunya sangat berharga dan harus di hargai oleh setiap lapisan masyarkat Indonesia mengingat Indonesia merupakan negara yang pluralis diciptakan dari sekian ribu perbedaan namun tetap satu tujuan yakni Indonesia raya merdeka.

*Dosen Ilmu Komunikasi UTM

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

KPK Tahan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdor

7 May 2024 - 19:03 WIB

Masih Banyak Masalah Belum Ada Solusi, Dua Statemen Pj Bupati Bangkalan Ini Bikin Ngelus Dada

7 May 2024 - 10:54 WIB

Masyarakat Sidoarjo Diminta Hormati Proses Hukum Bupati Sidoarjo dan Jaga Kondusifitas Daerah

6 May 2024 - 23:15 WIB

Massa Aksi Desak KPK Segera Tangkap Bupati Sidoarjo

6 May 2024 - 19:31 WIB

Dapat Sinyal dari Senior Partai, Mahfud Daftar Cabup Bangkalan ke PDIP

6 May 2024 - 16:14 WIB

Pembuangan Sampah di Arosbaya Mulai Dikeluhkan Warga, Ini Kata Kadis DLH Bangkalan

6 May 2024 - 14:52 WIB

Trending di LINGKAR UTAMA