BANGKALAN, Lingkarjatim.com– Bagi sebagian orang, profesi dokter masih menjadi pekerjaan idaman, karena dianggap bergelimang harta. Namun dibalik semua itu ternyata ada proses panjang yang bukan hanya memakan waktu atau biaya, tetapi juga menguras mental dan harapan.
Semisal, demi mendapatkan Sertifikat Profesi dan untuk bisa menimang gelar dr. di depan nama, seorang sarjana kedokteran atau S.Ked harus lebih dulu melakukan koas atau magang sebagai Dokter Muda selama dua tahun.
Tidak berhenti disitu, setelah rampung menyelesaikan masa koas, S.Ked tak serta merta memiliki ijin praktik dan menjadi dokter.
Mereka harus kembali melakukan Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD) yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti.
Namun meskipu demikian, hal itu tidak mengurungkan cita-cita Wika dan Erlinda untuk menjadi seorang dokter muda (dm).
Dua S.ked asal Universitas Malang (Unisma) yang tengah menjalani masa koas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syamrabu Bangkalan ini tetap gigih meskipun proses yang harus mereka lalui untuk menjadi seorang dokter sangatlah terjal.
Bagi Wika dan Erlinda menjadi seorang dokter adalah cita-cita mereka untuk dapat membantu orang lain dalam hal menjaga kesehatan.
“Kami tau untuk menjadi seorang dokter tidaklah mudah. Selain masa-masa sulit di kampus, kami juga akan mengalami masa-masa sulit untuk bisa menjadi seorang dokter dan memiliki ijin praktek,” papar Wika, Minggu (19/8/2018).
Wika mengakui bagai mana ia harus berjuang ketika harus menyelesaikan bidang studinya dan menjadi S.ked. Tangis dan tawa mengiringi perjuangannya.
“Kalau dimasa-masa kuliah yang paling sulit ketika sikripsi,” ungkapnya.
Kendati demikian, Wika mengaku tidak akan pernah mundur dari jalan yang ia telah pilih apapun yang harus ia alami nantinya.
“Iya pantang mundurlah. Sekali melangkah harus tetap melangkah meskipun nantinya harus jatuh, tapi kami harys bangun lagi untuk mencapai cita-cita kami. Kasihan orang tua kami yang sudah berjuang buat kami,” ujarnya.
Begitupun Erlinda yang mengaku tidak akan pernah berhenti melangkah demi menjadi seorang dokter. Sebab, menjadi dokter adalah cita-citanya untuk bisa bermanfaat kepada orang lain.
“Kami tidak mau menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada kami. Khususnya saya tidak ingin mengecewakan kedua orang tua saya. Jadi sesulit apapun kami harus mencapai gelar dokter itu,” cetusnya. (Atep/Lim)