Dia juga mengatakan, pada dasarnya ruh blater itu suci, karena suka menolong masyarakat dan dalam memberikan pertolongan tidak tanggung-tanggung, bahkan nyawa pun dikorbankan.
“Blater ini adalah karakter bukan hanya sosok. Kalau disebut mantan bajingan dan mantan pembunuh, iya. Tapi bajingan dan pembunuh yang insyaf,” lanjutnya.
Selain itu, dia juga mengatakan, untuk bisa dikatakan sebagai blater tidak harus kaya dan menjadi pembunuh seperti yang sudah ditulis dalam beberapa tokoh sebelumnya, karena menurutnya, tidak sedikit tokoh yang memiliki karakter blater tapi tidak membunuh dan kaya. Bahkan ada juga sosok kiai yang memiliki karakter blater, seperti kiai amin imron.
“Jadi terbitnya buku ini sebagai bentuk klarifikasi bahwa blater ini adalah sosok yang suka menolong dan perilakunya sangat menghargai tatakrama (tengka),” sambungnya.
Tak hanya itu dia juga mengaku gelisah ketika mendengar bahwa tokoh blater itu dianggap menghalangi dan merecoki pembangunan di Madura khususnya di Bangkalan.