SAMPANG, Lingkarjatim.com – pengerjaan proyek pembangunan rehabilitasi jalan peningkatan struktur jalan Panyepen – Asem Nonggal berdampak terhadap distribusi hasil produksi garam di Desa Asem Nonggal. Alhasil hingga ratusan ton garam ngendon dilokasi penimbunan.
“Sejak dikerjakan proyek jalan Panyepen – Asem Nonggal sampai sekarang masyarakat tidak bisa mengirim hasil produksi garam,” kata Hosen salah satu warga setempat.
Ia juga mengatakan peralihan jalur alternatif yang disediakan oleh pihak kontraktor berdampak terhadap pembengkakan biaya operasional, karena jalur alternatif yang disediakan tidak bisa dilakukan oleh kendaraan bermuatan besar.
“Dinas terkait menyarankan kami untuk melakukan pengangkutan garam secara estafet menggunakan kendaraan lebih kecil karena ada jembatan yang memiliki batasan maksimal muatan yang dilewati,” tambahnya.
“Dinas tidak melihat dampak terhadap biaya operasional yang harus dikeluarkan, harga garam saat ini merosot, kalau dipaksa estafet jelas kami rugi besar,” timpalnya.
Selain itu, informasi yang didapatkan dari sejumlah petani garam rakyat, jalan alternatif yang disediakan oleh pemerintah merupakan jalan kecil dan berstatus hak milik, mereka takut ada ketersinggungan dengan daerah jalur yang dilewati.
“Itukan milik orang pribadi dan tidak ada kepastian secara detail dari penanggungjawab, apalagi jalur alternatif yang ada beberapa waktu yang lalu dilakukan perbaikan dengan swadaya masyarakat setempat,” imbuhnya.
Sementara itu, Hasan Mustofa Kabid Jalan dan Jembatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sampang pihaknya sudah berkomunikasi dengan rekanan dan menyediakan jalur alternatif selama proses pengerjaan proyek berjalan.
“Sudah kami sediakan, kami juga meminta agar masyarakat menggunakan kendaraan lebih kecil karena ada ukuran maksimal tonase disisi jembatan penghubung,” katanya melalui jaringan selluler pribadinya.
Ia juga mengatakan bahwa proses pengerjaan proyek pembangunan rehabilitasi jalan saat ini sudah memasuki tahap akhir, bahkan masa pengeringan bahan rabat beton sedang berlangsung dan menunggu proses pengerjaan hotmix sepanjang 1.500 meter.
“Masa pengeringan beton biasanya selama 28 hari, dan saat ini sedang berjalan, kemungkinan dalam dua minggu ini sudah selesai,” tambahnya.
Sekedar diketahui, proyek yang diprakarsai oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) kabupaten Sampang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2019 dengan nilai kontrak Rp. 2.969.948.000 dikerjakan oleh CV. Kartika Candra. (Abdul Wahed)