Menurutnya, potensi kader yang ada di IKA PMII Jatim sangat luar biasa, mulai dari menteri, gubernur dan Bupati. Tetapi sejauh ini, potensi yang luar biasa itu belum bisa dikelola dan ditata dengan baik.
Jika sistem pemilihan dilakukan seperti pemilihan partai politik, tambah dia, justru potensi kader yang menurutnya berantakan itu akan lebih parah lagi, karena akan menciptakan kelompok-kelompok baru yang kemudian akan jauh dari visi dan misi yang diinginkan oleh Ika PMII.
“Kita ini butuh kebersamaan. Boleh lah potensi kader ini ada di mana-mana, tapi ketika bicara IKA PMII, maka hanya satu,” tambahnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, kebersamaan itu bisa ditunjukkan dengan cara bagaimana diupayakan pemilihan ketua IKA PMII di muswil ini secara musyawarah mufakat untuk membenahi dan menata yang baru untuk menatap IKA PMII yang baru.
“Kalau ada orang yang menganggap musyawarah mufakat tidak demokratis, pemahaman demokratis itu yang bagaimana dulu? Kalau misalkan manfaatnya lebih besar dengan pemilihan secara musyawarah mufakat, yang menganggap tidak demokratis ini justru adalah orang-orang yang memang tidak demokratis,” katanya.