Maka dari itu, Khofifah mengajak para santri untuk mengamalkan apa yang mereka peroleh di pesantren untuk membina dan menjaga masyarakat, Menjaga agama, Menjaga Negara. Sebab, di tengah krisis pandemi dan tantangan ekonomi, apa yang mereka miliki akan sangat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan kepastian dan ketenangan hidup.
“Memang betul bahwa kita butuh transformasi digital. Tapi bagaimana kita harus menyelaraskan dengan dakwah bil lisan, dakwah bil maal, dakwah bil haal, dan dakwah bil IT. Ini yang kemudian harus kita lakukan berseiring untuk masyarakat , agama, bangsa dan negara,” jelasnya.
Di akhir, Khofifah kemudian berharap agar pendekatan complex problem solving di pondok pesantren bisa diintegrasikan ke permasalahan hidup masyarakat lainnya. Di mana, orang-orang dapat menyelesaikan masalah dengan metode serupa. Lebih luas lagi dalam mencari solusi berbagai kompleksitas masalah bangsa dan negara.
“Kami di Pemerintahan Provinsi Jatim berihtiar untuk menjalankan keberseiringan berbagai ihtiar profesional birokrasi modern dengan ikhtiar sosial keagamaan (Jatim Berkah, red) sesuai nawa bhakti Provinsi Jatim.
Hasilnya, Alhamdulillah Jatim mengalami penurunan kemiskinan sebanyak 30% dari total penurunan kemiskinan nasional bahkan di masa pandemi 2021. Bahkan, Jatim juga merupakan provinsi dengan indeks kebahagiaan tertinggi di Jawa-Bali,” pungkasnya dengan penuh bahagia dan rasa sukur. (Amal/Hasin)