SURABAYA, Lingkarjatim.com – Kenaikan UMK tahun 2020 di Jawa Timur, sebesar rata-rata 8,5 persen, diharapkan Khofifah Indar Parawansa tidak mengganggu dunia usaha dan industri, khususnya tekstil.
“Kuncinya, semua stakeholders mampu menjaga iklim hubungan industrial di Jatim, tetap terpelihara secara kondusif dan konstruktif-produktif,” kata Gubernur Jatim itu, Kamis (21/11/2019).
Harapan itu diungkapkan Khofifah usai mengunjungi dua industri alas kaki bertaraf internasional di Kabupaten Sidoarjo beberapa hari lalu. Dari kunjungan itu, barulah terungkap bahwa pasar eropa sedang lesu.
“Yang satu 100 persen produknya diekspor. Yang satu lagi, dulu 70 persen produknya ekspor. Ternyata hari ini, pangsa pasar eropa mengalami penurunan signifikan,” katanya.
Atas situasi yang tengah dialami dunia usaha itu, Khofifah mengaku sudah menyampaikan usulan adanya insentif ekonomi khusus untuk Industri Padat Karya di Ring 1 Jatim, kepada Gubernur BI dan sejumlah menteri dalam rapat koordinasi di Jakarta.
” di Ring 1 Jatim, untuk padat karya, kami sangat butuh (insentif). Kalau tidak disuport insentif, saya khawatir (banyak yang melakukan relokasi industrinya, red),” ujar dia.
Melalui penetapan UMK 38 kabupaten/kota di Jatim ini, Khofifah menekankan adanya pertimbangan-pertimbangan strategis, agar tercipta titik keseimbangan baru yang disebut equilibrium dinamic (keseimbangan dinamis).
Menurutnya, ini seiring target pemerintah meningkatkan ekspor sejumlah industri, seperti industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), Khofifah berharap pemerintah pusat mewujudkan usulan insentif untuk industri padat karya.
“Jatim ada potensi produk tekstil. Selain TPT, yang diharapkan pemerintah industri alas kaki, salah satunya di Jatim. Saya sudah usulkan, mudah-mudahan jadi pertimbangan,” kata Khofifah. (Amal Insani)