SURABAYA – Lingkarjatim.com,- Dampak El Nino mulai terasa dengan meningkatnya suhu panas pada siang hari, dan dingin pada malam hari di wilayah Jawa Timur. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda, memprediksi anomali alam ini terjadi hingga Desember 2023.
“Biasanya musim kemarau ini terjadi pada Mei hingga Oktober. Tapi karena anomali alam dampak El Nino ini diprediksi memanjang sampai Desember 2023,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Juanda Surabaya, Teguh Tri Susanto, dikonfirmasi, Rabu, 2 Agustus 2023.
Selain di Jatim, Teguh menyebut musim kemarau akibat El Nino ini juga terjadi di Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Saat ini suhu udara di Jatim sendiri berkisar 35 hingga 36 celsius.
“Jadi, El Nino ini kebalikannya dari La Nina. Kalau La Nina musim kemarau masih ada hujan, tapi kalau El Nino sebaliknya, musim kemaraunya lebih panjang,” katanya.
Tegug menjelaskan, bahwa El Nino dan La Nina adalah cuaca ekstrem yang dapat mempengaruhi iklim global, namun kedua anomali alam ini terdapat sederet perbedaan. Yaitu El Nino terjadi ketika suhu permukaan laut menjadi lebih hangat, sedangkan La Nina terjadi ketika suhu permukaan laut menjadi lebih dingin.
“Meskipun keduanya terkait dengan perubahan suhu dan pola curah hujan di berbagai wilayah, kedua anomali inj memiliki karakteristik yang berbeda,” ujarnya.
Perlu diketahui, bahwa El Nino adalah suatu fenomena di mana suhu permukaan laut (SST) di Samudera Pasifik mengalami peningkatan di atas kondisi normal. Di mana peningkatan suhu ini menyebabkan pertumbuhan awan lebih tinggi di wilayah Samudera Pasifik tengah, dan mengurangi jumlah curah hujan. Artinya, El Nino menyebabkan sebuah wilayah dilanda kekeringan sedang hingga ekstrem.