BANGKALAN, lingkarjatim.com – Ada pengakuan menarik dari Supril warga Kampung Martajesah. Pria 48 tahun itu adalah salah satu penggali kubur untuk almarhum KH Fuad Amin yang wafat, Senin sore (16/9).
Dia mengaku saat menggali kubur untuk mantan Bupati Bangkalan itu, dirinya seolah mendapat energi baru, sehingga tak merasa lelah walau ia harus melek sampai pagi.
“Entah kenapa padahal saya sudah tidak istirahat sama sekali, tapi pas semalam dimulai pukul 22.00-02.00 dini hari, tenaga saya ini gak kerasa capek, ya sampai sekarang ini” ucap dia saat ditemui langsung sembari menyuci cangkul dan alat penggali kubur.
Supril, menjelaskan bahwa kuburan kiai Fuad adalah kuburan yang telah disiapkan sebelumnya, hanya saja ditutup kembali dengan menggunakan pasir hitam.
“Sebenarnya lubang itu sempat digali kembali ketika Almarhum Kiai Holilurrohman akan tetapi putra beliau (Lora Bir ali red) tidak berkenan, sehingga ditutup kembali.” Kata dia.
Iya, memastikan tidak menemukan hal yang bersifat aneh, bahkan pihaknya mengaku sangat gembira karena bisa berkhidmat memberikan penghormatan terakhir kepada beliau melalui tenaganya.
“Entah saya kurang paham, tapi saya seakan akan tidak lelah dan penuh semangat untuk menyelesaikan tugas ini. Semoga saja ini menjadi wasilah saya mendapatkan barokah beliau,” beber dia.
Saat ditanya posisi makbarah kiai Fuad, dirinya memastikan bahwa jenazah bapak pembangunan Bangkalan ini tepat berada di sebelah selatan Makbarah Syaikhona Kholil Bangkalan.
“Dan pesan keluarga beliau, tidak begitu suka dengan pasir yang pernah digunakan untuk menutup lubang itu, jadi tanahnya diganti dengan tanah disini,” Terang dia.
Supril, mengaku bahwa sebenarnya energi itu muncul saat para keluarga Mbah klKholil meninggal, seperti Kiai Amin, kiai Abdullah Aschal, kiai Holilurruman, Kiai Lutfi, dan terakhir Kiai Fuad Amin.
“Memang yang menggali tidak sendiri saya, banyak yang bantu. Tapi memang energi itu jelas saya rasakan,” ucap dia.
Jasad kiai Fuad Amin sampai dilokasi komplek pemakaman sekitar pukul 11.00 wib, dan disholatkan kembali di masjid Martajesah oleh Ketua PWNU Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar. (Muhlis)