Meski demikian, jemaah haji yang berangkat bersama ibu tercintanya ini pantang meninggalkan sholat Jum’at. “Satu kali pun saya ga pernah meninggalkan sholat Jum’at, karena itu harga diri seorang laki-laki,” ujarnya.
Merasakan kehampaan dalam dunia punk, setahun berikutnya ia ikut pamannya berjualan tahu campur Lamongan di Kota Surabaya. Di kota pahlawan inilah, Fatchul bertemu dengan seorang TNI yang akhirnya mengantarkan ia menjadi seorang abdi negara.
Suami dari Nia Maf’ulah ini berharap, melalui perjalanan ritualnya ini ia bisa makin memantapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi. “Sebelum terdaftar ahli waris pengganti haji, sholat saya masih sering bolong. Kalau sudah capek, ya sudah sering lewat sholatnya. Sekarang saya berusaha sholat lima waktu tepat waktu,” katanya.
Di tempat mustajabah Makkah Madinah nanti, Fatchul ingin mendoakan sang bapak yang telah meninggal dunia mendahuluinya, agar diberikan kehidupan yang berkah, serta dikarunia putra yang belum ia dapatkan di dua tahun pernikahannya ini. (Amal/Hasin)