SUMENEP, Lingkarjatim.com — Cerita Avan Fathurrahman, seorang guru SDN Batuputih Laok, Kecamatan Batuputih, Sumenep yang datang ke rumah siswanya satu persatu untuk mengajar di tengah pandemi corona virus disease 2019 (Covid-29) viral di media sosial.
Perjalanannya itu ia tulis dan di aploud di akun facebook pribadinya, Avan Fathurrahman. Kini postingannya itu menjadi perbincangan warganet dan saat ini sudah 16.624 disukai, 3.884 komentar, dan 7.853 kali dibagikan.
Untuk mencegah wabah virus corona, Sejak tanggal 16 Maret lalu, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep mengeluarkan kebijakan belajar di rumah bagi siswa hingga tanggal 29 Maret. Kemudian, kebijakan ini diperpanjang hingga tanggal 22 April.
Sejak masa perpanjangan kebijakan itu, Pak Avan berinisiatif untuk mendatangi satu per satu rumah anak didiknya. Selain untuk mengajar, ia dapat mengontrol dan mengecek aktifitas siswanya selama kebijakan belajar sistem daring ini dilakukan.
Sebenarnya, Pak Avan bisa mengajar, memberi tugas, dan mengontrol siswanya lewat smartphone. Namun, selain jaringan internet di daerah itu sulit, tidak semua anak didiknya memiliki smartphone. Juga ketika dikontrol lewat handphone, sebagian nomor anak didiknya yang dihubungi tidak merespon.
“Tugas itu bisa dikirim lewat handphone, tapi tidak semua siswa punya, akhirnya saya berinisiatif untuk ke anak-anak, saya datangi satu persatu untuk ngecek gimana tugasnya, juga sambil lalu saya tanya kabar dan aktifitasnya,” kata Pak Avan kepada media ini, Minggu (19/04) pagi.
Pernah, ada seorang wali siswa menghubungi Pak Avan, orang tua itu bercerita bahwa dia bermaksud ngutang smartphone, hal itu atas permintaan anaknya. Namun, Pak Avan melarangnya. “Kasihan, membebani,” tambah Pak Avan.
Di tengah pandemi corona ini, kebijakan pemerintah, ujian tidak lagi diwajibkan, begitupula siswa tidak ditarget menyelesaikan kurikulum. Nantinya, sistem penilaian diambil dari tugas yang selama ini sudah diberikan.
“Saya lebih banyak ke pembentukan karakter, seperti memotivasi jangan lupa shalat, ngaji, bantu orang tua, kadang saya minta mereka mempelajari buku paket yang memang dipinjamkan, minimal membaca, sehingga anak-anak itu tidak keluyuran,” ungkapnya.
Ia sendiri datang ke rumah muridnya tiga kali dalam sepekan. Tidak terjadwal rumah siapa yang akan dikunjungi, namun ia sudah meminta muridnya untuk tidak keluyuran, karena sewaktu-waktu Pak Avan bisa langsung datang.
Ia mengakui, mengajar di rumah siswanya memang tidak semaksimal di sekolah, karena prasarananya yang tidak memadai. Namun tidak menutup semangat Pak Avan untuk tetap mendidik muridnya. Hal itu membuat siswanya senang. “Beberapa anak itu saya bacakan buku cerita dan dongeng,” ungkapnya.
Untuk datang ke rumah siswa, Pak Avan bukan tanpa kesulitan, ia di Dusun Toros, Desa Babbalan, Kecamatan Batuan, harus menempuh jarak 22 Kilometer untuk sampai ke Batuputih Laok. Lain lagi kala hujan, selain sebagian rumah siswa tidak bisa dilalui sepeda motor, kondisi jalan yang becek, membuat dia menitip kendaraan di rumah warga, ia pun jalan kaki.
Kala cuaca mendukung, ia bisa mendatangi rumah muridnya hingga 11 rumah. Ia yang sebenarnya hanya mengajar kelas 6 (enam), juga mendatangi rumah murid-murid SDN Batuputih laok yang masih kelas 4 (empat) dan kelas 5 (lima). Kalau hujan, pernah hanya selesai di tujuh dan sembilan rumah.
“Kesulitan berarti ndak ada, kecuali faktor cuaca, kalau sedang hujan, ada rumah siswa yang tidak bisa saya datangi dengan naik motor, kalau becek sepeda saya titip, saya jalan kaki,” katanya.
Pengalaman, ia pernah kehujanan di rumah siswanya. Sekitar sejam, hampir setengah 2 siang, hujan baru reda. Ia pun tidak melanjutkan kunjungannya.
“Saat itu sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan, karena belum shalat, yang kedua kan juga lapar mas, saya hentikan dulu, saya balik lagi setelah jadwal berikutnya,” katanya dengan tertawa.
Apa yang dilakukan itu, mendapat respon positif dari orang tua siswa. Saat ini memasuki musim panen padi, yang tidak bertani, menyabit rumput di pagi hari. Kala itu, orang tua siswa memintanya untuk datang setiap hari, karena waktu yang terbatas, serta harus keliling ke rumah siswa yang lain, ia pun tak bisa menyanggupinyan
Selain dari orang tua siswa, keluarganya pun sangat mendukung pengabidannya itu. Hanya saja, sampai saat ini, apa yang dilakukan itu belum mendapat perhatian penuh dari pemerintah.
“Kalau pemerintah masih belum, kalau keluarga sangat mendukung, bahkan keluarga saya pernah sekali ikut saya ikut keliling,” katanya. (Abdus Salam)