Oleh : Hasib Syafi’ie
Guru, RKH Fahrillah Aschal, Engkaulah salah satu guru yang selalu membimbingku dalam keseharian di kala beliau berada di Bangla.
Beliau selalu memberikan didikan kepada kami, baik secara prilaku, guyonan, maupun lisan.
Beliau sangat pandai dalam mendidik murid-muridnya yang sudah dewasa, Ketika kami berbuat salah, dan kami sadar bahwa yang kami lakukan itu memang benar salah, namun beliau tidak pernah sekliapun marah dengan kata kata, beliau hanya menegor kami dengan akhlaqul karimah, prilaku, guyonan dan canda tawa beliau.
Maka dari itulah, kami tidak ingin jauh dari beliau, ketika beliau berada di bangka, Jasad dan hati ingin kami ingin selalu dekat dengannya.
Setiap canda tawa, guyonan beliau sangat memberikan ilmu yang sangat berguna pada kami, apa lagi fatwa-fatwa beliau, yg selalu mengigatkan kami pada Syaichona Abdullah Aschal, nada fatwa beliau, bacaan doa beliau, lebih-lebih ketika beliau sedang membaca asyroqol anam (asyarakalan) 90% mirib abahnya Syaichona Abdullah.
Sering air mata keluar tidak terasa, apabila teringat pada Syaichona Abdulloh di waktu beliau membaca mahallul qiyam.
Pertemuan, perkumpulan, kebersamaan, di pesantren Rohid itu akan menjadi kenangan abadi, sehingga cinta kami kepada beliau tidak akan pernah putus sampai pada perkumpulan dan kebersamaan di masa yg abadi, kecuali sang maha Rohman-Rohim memang tidak menghendaki.
Paling tidak, kami di haturkan kepada syaichona Abdullah dan Syaichona Kholil, bahwa kami pernah bersama beliau.
Orang banyak yang bilang, cinta terbagi 2 : ada cinta Lillahi ta’ala, ada cinta karena manusia.
Saya tidak mau berkata ini adalah cinta lillahi ta’ala, atau karena manusia, tapi ini adalah rindunya hati, jiwa, dan raga, sehingga tercipta kata yang kutulis dan ku pos pada sebuah media.
Orang bilang, kalau cinta karena lillah, mengapa masih di pos di media, Saya jawab, Perkara maksiat saja boleh di posting, kenapa kata hati yang mengidolakan guru + ulama tidak boleh?
Wajah yang dilarang agama saja di posting, masak wajah orang yang beragama tidak boleh?
Keburukan firaun, dan abu lahab terkadang tidak cukup di ceritan didalam al qu’an,
Masak iya saya bercerita guru di larang? (Bersambung)