Nasional, Lingkarjatim.com – Dalam perhelatan pameran otomotif International Motor Show (IIMS) 2023 satu kendaraan yang menjadi sorotan adalah Esemka. Esemka yang diklaim sebagai mobil nasional Indonesia kini tampil setelah sekian lama tak ada kabar.
Namun, penelusuran CNBC Indonesia pada Jumat (17/2/2023) diketahui kalau mobil ini bukan produksi dalam negeri, melainkan impor dalam bentuk Completely Built Up (CBU) langsung dari China. Fakta ini seakan mengulang kembali sejarah 30 tahun silam yang bahkan memiliki cerita yang sama. Sejarah tersebut adalah pembangunan mobil nasional pertama Indonesia bernama Timor.
Cerita bermula dari keinginan Presiden Soeharto untuk membuat mobil nasional karena merasa kalah dari Malaysia yang lebih dulu memproduksi mobil rakitan dalam negeri bernama Proton. Keinginan ini diwujudkan oleh Menristek B.J Habibie dengan menggandeng BPIS, Bappenas, BPPT, Pindad, dan Java Motor (pemegang merek Land Rover di Indonesia) pada 1992. Mobil itu dinamai Maleo.
“Mobil Maleo diharapkan dapat diluncurkan pada tahun 1995 bertepatan dengan 50 tahun Indonesia merdeka,” tulis Ricardi S. Adnan dalam The Shifting Patronage (2010)
Pembangunan pabrik pun sudah dibuat. Bahkan purwarupa mobilnya pun sudah ada, tinggal dirakit saja. Namun, tanpa penjelasan yang kuat proyek ini dihentikan pada akhir 1995.
Secara mengejutkan, setahun kemudian muncul Instruksi Presiden No. 2 yang menetapkan bahwa PT Timor Putra Nasional (TPN) sebagai perusahaan pemegang industri mobil nasional. PT TPN sendiri dimiliki Tommy Soeharto, anak Sang Presiden. Ini tentu menjadi polemik karena kental dengan nuansa KKN.
Dalam memproduksi Timor, pemerintah mengklaim melibatkan tenaga kerja ahli asal Indonesia sepenuhnya. Sekaligus juga mengandalkan bahan-bahan dari dalam negeri.
Tak lama kemudian, tepatnya pada 8 Juli 1996, mobil Timor diluncurkan. Peluncuran mobil nasional saat itu sangat membanggakan dan mengharumkan nama bangsa. Mengutip James Luhulima dalam Sejarah Mobil dan Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini (2012), harganya dibanderol hanya Rp 37 juta. Sangat murah ketimbang Toyota Starlet seharga Rp 48 juta dan Sedan Corolla sekitar Rp 76 juta.
Namun belakangan diketahui kalau itu semua palsu. M.C Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2004) menyebut kalau mobil Timor adalah unit mobil KIA Sephia yang diubah logonya menjadi Timor. Unit ini diimpor langsung dari Korea Selatan sebanyak 45 ribu mobil pada tahap pertama. Artinya, tidak ada tenaga kerja asal Indonesia dan bahan baku dalam negeri dalam produksi mobil tersebut.
Parahnya lagi, masih mengutip riset Ricardi S. Adnan, mobil Timor yang ada di Indonesia sebetulnya adalah mobil yang tidak laku dan ketinggalan zaman di Korea. Bahkan di sana KIA Sephia dijual dengan harga murah sekali, yakni sekitar Rp 12-15 juta.
Harga yang murah itu kemudian bengkak ketika dijual di pasar Indonesia menjadi puluhan juta. Permainan antara pemerintah dan KIA inilah yang membuat harganya tak wajar, alias jauh di bawah kompetitor. Diketahui pula kalau pemerintah menetapkan bebas pajak impor komponen dan pajak penjualan barang mewah terhadap seluruh impor KIA Sephia.
Jelas ini menguntungkan KIA dan pemerintah, dan merugikan rakyat Indonesia. Berarti sama saja rakyat membeli barang bekas.
Kebijakan ini kemudian membuat Jepang marah. Sebagai pemain lama dan penguasa otomotif di Indonesia, Negeri Tirai Bambu mengadu ke WTO pada 1997. WTO kemudian menjatuhkan sanksi kepada Indonesia.
Barangkali karena diketahui kalau mobil nasional itu ternyata ‘menipu’ rakyat, perkembangan Timor berhenti. Mandeknya bisnis Timor dibarengi juga dengan pelemahan ekonomi Indonesia akibat krisis 1998. Keruntuhan rezim Soeharto berdampak juga pada menghilangnya Timor. Setelahnya, Timor menghilang dari Tanah Air. Impian mobil nasional pupus.
Artikel ini sudah tayang di CNBC Indonesia dengan judul “Sejarah Berulang! Esemka Buatan China, Timor Dibuat di Korea”