SUMENEP, Lingkarjatim.com — Penyidik tindak pidana khusus Kejaksaan Negeri (Kejari) Sumenep, Jawa Timur menetapkan MH (inisial) sebagai tersangka dugaan kasus korupsi disalah satu bank badan usaha milik negara (BUMN) di Sumenep, Selasa (10/03).
Kepala Kejari Sumenep, Djamaluddin mengatakan, MH adalah salah seorang teller di bank plat merah di Sumenep. Meski hanya seroang teller, MH telah melakukan tindakan korupsi yang menyebabkan kerugian negara hingga Rp 800 juta.
“Kerugian negara akibat perbuatan tersangka kurang lebih Rp 800 juta yang digunakan oleh tersangka untuk memenuhi kebutuhan pribadinya,” kata Djamal.
Modusnya pun terbilang cukup sederhana, saat nasabah datang menyetor uang, MH tidak memasukkan uang tersebut ke kas perusahaan. Namun ia simpan dan digunakan untuk kepentingan pribadinya.
Ia pun mengambil kas bank dan digantikan sebagai uang setoran nasabah itu. Hal itu dilakukan MH hampir setahun sejak bulan Maret hingga bulan Desember 2018 lalu.
“Motifnya, tersangka tidak menyetorkan uang setoran dari nasabah, dan digunakan untuk keperluan pribadinya. Kemudian mengambil kas kantor untuk digantikan ke rekening nasabah,” tambahnya.
Sebelum menetapkan tersangka, penyidik telah memeriksa 23 orang saksi, yang terdiri dari 12 orang nasabah, sisanya merupakan orang dalam bank tersebut. Setelah memiliki 2 alat bukti, penyidik akhirnya menetapkan MH sebagai tersangka.
Tidak sekedar ditetapkan sebagai tersangka, setelah diperiksa dan dinyatakan sehat oleh dokter, MH langsung ditahan dan dititipkan di Lapas Klas IIA Sumenep selama 20 hari ke depan.
Ia dijerat dengan Pasal Pasal 2 subsidair Pasal 3 Junto Pasal 18 UU RI nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dirubah dan ditambah dengan UU RI nomor 20 tahun 2001. “Ancaman hukuman minimal 5 tahun, maksimal 20 tahun,” jelasnya.
Kini, penyidik tengah mengembangkan kasus tersebut untuk mencari aktor intelektual dibalik perbuatan yang dilakukan MH.
“Untuk sementara yang menikmati keuangan negara adalah tersangka sendiri, tapi tidak menutup kemungkinan karena penyidik masih mencari siapa yang menyuruh atau aktor intelektual dibalik perbuatan tersangka,” Kasi Pidus Kejari Sumenep, Herpin Hadat menambahkan. (Abdus Salam)