Menu

Mode Gelap

KELAKAR · 22 Jan 2018 23:32 WIB ·

BEBAL MENEBAR SENGSARA


BEBAL MENEBAR SENGSARA Perbesar

Oleh: Alamsyah Saragih

OPINI, Lingkarjatim.com – Ada tiga masalah fundamental yang dihadapi sektor pertanian pangan di Indonesia: pertama adalah ketimpangan lahan yang semakin parah; kedua adalah hancurnya kelembagaan sosial-ekonomi petani; dan ketiga adalah sesat pikir pembuat kebijakan tentang organisasi tani. Akibatnya, konsep nilai mayoritas bertani lebih didominasi oleh motif pengaman sosial daripada motif komersial.

Puluhan tahun mayoritas petani padi kita jatuh ke posisi net comsumer. Harga beras yang mahal justru menyengsarakan mereka. Kita kerap menyaksikan banyak buruh tani dan keluarga petani padi gurem ikut antri utk mendapatkan raskin. Bagi mereka tak penting beras impor ataupun bukan, yang penting murah dan tak beracun. Jadi untuk siapa si cantik dan si gagah berteriak-teriak anti impor di tengah harga beras melambung?

Di luar ketiga masalah tersebut adalah masalah artificial yang digemari penjaja analgetik (obat penghilang rasa sakit). Celakanya baik rezim berkuasa maupun oposisi sibuk berkutat dengan hal-hal artificial. Untuk kasus nelayan, proteksi terhadap nelayan asing dan cantrang sedikit mencerminkan keinginan kuat untuk mengatasi ketimpangan dalam eksploitasi stok di perairan domestik dan pemulihan ekosistem.

Tanpa langkah konkrit untuk menjawab ketiga masalah fundamental di atas, niscaya petani dan nelayan tak akan keluar dari perangkap kemiskinan. Semua yang kita saksikan hari ini hanyalah teriakan parau para politisi, aktivis kesiangan dan intelektual naif tentang nasionalisme semu. Mereka seolah tersadar dari tidur, tapi sesungguhnya sedang mengigau dan berteriak-teriak tentang inflasi, mafia pangan dan rente impor.

Mafia pangan telah dinobatkan dan kemudian dibantai melalui peradilan. Lembaga anti rasuah diklaim telah diminta ikut mengawasi langsung. Tentara telah diturunkan ke sawah-sawah. Pupuk, obat-obatan dan alat tani telah disalurkan dengan anggaran menakjubkan. Bibit telah dibagikan ke seluruh penjuru. Irigasi diperbaiki. Tanah sawah tak lagi dibiarkan beristirahat barang sejenak, segera ditanami. Harga eceran dipagari dan diawasi aparat. Hasilnya, harga pangan tetap saja melambung dan lain waktu terbenam ke dalam lumpur kesengsaraan petani kecil.

Bagikanlah analgetik itu, agar kau tampak baik hati dan terpuji wahai BEBAL!

Penulis adalah Anggota Ombudsmen RI

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Upacara Hardikans, Disdik Sampang Mengajak Semua Elemen untuk Mewujudkan Mutu Pendidikan yang Lebih Baik

4 May 2024 - 13:29 WIB

Tarif Harga Dasar Air Tanah di Sampang Naik yang Awalnya 350 Sekarang 3000 Per Kubik, Ternyata Ini Penyebabnya

4 May 2024 - 07:24 WIB

Bermodal Kedekatan dengan Gus Halim Iskandar, Mas Umam Percaya Diri Akan Mendapatkan Rekom Calon Wabup Sidoarjo

3 May 2024 - 22:33 WIB

Mantan Bupati Probolinggo Kembali Tersandung Kasus, Kali Ini Diduga Menerima Gratifikasi dan Pencucian Uang

2 May 2024 - 18:00 WIB

7 Kali Berturut-turut Raih WTP dari BPK, Pj Bupati: Semoga Menjadi Motivasi

2 May 2024 - 17:56 WIB

Beda Keterangan Pj Bupati dan Plt Kepala Disdag Bangkalan, Pedagang Pasar Ancam Demo Besar-besaran

2 May 2024 - 15:04 WIB

Trending di LINGKAR UTAMA