SURABAYA, lingkarjatim.com – Ketua Rumpun Tracing (pelacakan) Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur, Kohar Hari Santoso, menyebut ada 21 klaster penularan virus korona (covid-19) yang berhasil dideteksi. Klaster pertama munculnya kasus covid-19 di Jatim berasal dari Malang.
“Kami perkirakan ada 21 titik episentrum penularan covid-19 di Jatim. Klaster pertama dari seorang pasien dari Malang,” kata Kohar, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu (5/4/2020).
Kohar menjelaskan, klaster pertama masuknya covid-19 di Jatim dari seorang pasien positif korona asal Malang pada 11 Februari 2020 lalu. Pasien itu tertular korona setelah menghadiri acara pertemuan internasional di Yogyakarta. “Begitu dia pulang, akhirnya menjadi sumber penularan pertama covid-19 di Jatim,” katanya.
Namun, Kohar tidak merinci puluhan klaster lainnya di Jatim. Alasannya, tim tracing saat ini masih menelusuri sumber penularan covid-19, untuk mempercepat deteksi orang dengan risiko dan mempercepat penanganannya. “Melihat banyaknya klaster sumber penularan ini, maka tampak bahwa pada 16 Maret ini paling tinggi (terdeteksi). Ini akan masih berlangsung penularannya, sehingga kita harus segera memutus rantai penularannya,” ujarnya.
Meski demikian, lanjut Kohar, ada klaster terbesar yang sudah terlacak dan terus dipantau oleh tim tracing Gugus Tugas, yakni kegiatan pelatihan petugas haji di Asrama Haji Sukolilo Surabaya pada 8-19 Maret lalu. Dari 413 peserta pelatihan, ada 19 orang dinyatakan positif covid-19. “Satu di antara pasien covid-19 meninggal dari Kediri, sedangkan satu pasien lain di Kota Blitar dinyatakan sembuh,” katanya.
Menurut Kohar, ratusan peserta calon petugas haji itu telah menjadi orang dengan risiko tertular. Karena mereka telah berinteraksi dengan salah seorang narasumber yang menjadi common source. “Kasus pertama muncul 12 Maret. Ada salah satu narasumber yang sakit covid-19, kemudian jumlahnya terus bertambah. Puncaknya padw 19 Maret, dan kemudian sudah tidak nambah lagi yang sakit,” kata Kohar.
Memang tren orang yang positif covid-19 tidak bertambah pada Sabtu, 4 April 2020. Dari grafik, tren kasus juga sudah melambat, namun masyarakat diminta agar tetap tidak keluar rumah dulu, karena khawatir adanya kemungkinan penularan transmisi kedua.
“Masyarakat jangan senang dulu dan menganggap kasusnya sudah mulai menurun, dan khawatirnya ada second transmission (transmisi kedua) pada orang lain. Karena itu sekarang masyarakat sudah kembali aktivitas, karena sudah dua minggu, makanya jalanan kembali ramai. Jangan keburu keluar rumah dulu, karena kita sebenarnya masih butuh observasi lebih panjang lagi,” pungkas Kohar. (Amal Insani)