Oleh: Ahmad Annur *
Tepat pada Ahad, 17 November 2019 lalu. Ponpes Al Muntoha, Bangkalan Madura, yang diasuh oleh KH. Muhammad Toha Cholili menggelar acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Namun itu hanya kedok. Selain Muludan, ada acara pernyataan sikap Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan dukungan terhadap gerakan menjadikan Indonesia sebagai negara Khilafah setelahnya.
Salah satu media online mediaumat.news memberitakan acara tersebut dihadiri oleh 700 peserta, yang terdiri dari para ulama, kyai pengasuh pondok pesantren perwakilan se Indonesia.
Dikatan, acara tersebut mempunyai visi perjuangan untuk melanjutkan warisan Rasulullah yaitu sistem khilafah. Hingga ada pernyataan sikap bersama untuk mendukung Khilafah yang dilakukan di Bangkalan.
Bagi penulis, hal ini perlu disikapi dan perlu ada diteksi sejak dini, serta harus ada upaya pencegahan terhadap berkembangnya paham Khilafah di Bangkalan, apalagi sampai ada dukungan massa berdirinya kembali HTI yang sudah jelas akan merongrong NKRI dengan misi khilafahnya.
Penulis secara tegas menolak keras apa yang menjadi agenda acara yang diselanggarakan di pesantren Almunthoha tersebut karena acara tersebut jelas bertentangan dengan pancasila.
Kedepan tidak boleh ada ruang dan waktu di Bangkalan bagi HTI untuk berkembang.
Semua lapisan masyarakat, pemerintah dan tokoh agama harus bersatu padu, memastikan Bangkalan bersih dari HTI dan menolak HTI dengan semua visi misinya.
Dan yang paling utama adalah aparat penegak hukum harus bertindak dan melakukan diteksi serta pencegahan sejak dini.
Hal ini terjadi menurut hemat penulis bagian dari kecerobohan APH yang tidak bisa mengontrol kegiatan tersebut, hingga menjadi ajang kempanye khilafah dan ini menjadikan citra buruk Bangkalan yang katanya hampir 95% bergama Islam sudah dirasuki paham fundamentalis.
Dan sangat disayangkan juga, karena acara pertemuan komplotan Khilafah ini diadakan di salah satu pesantren di Bangkalan. Sehingga menurut hemat penulis, pembinaan dan penguatan ideologi Pancasila harus masuk ke pesantren-pesantren di Bangkalan kedepannya.
Karena ini juga menjadi kekhawatiran penulis kalau pesantren malah akan menjadi sarang HTI berkembang. Sebelum itu terjadi, alangkah lebih baik mencegahnya sejak dini.
*Penulis adalah presidium Komunitas Bela Indonesia dan Penggerak Perdamaian di Peacetrain Indonesia.