SURABAYA, Lingkarjatim.com – Jumlah kasus difteri di Jawa Timur hingga Oktober 2019 mencapai sekitar 83 penderita. Jumlah terbanyak pasien difteri yaitu Kota Surabaya, dan Kabupaten Bangkalan, Madura, masing-masing 26 kasus.
“Kemudian Lumajang 21 kasus, dan di Malang hanya 10 kasus,” ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, Kohar Hari Santoso, dikonfirmasi, Rabu (30/10/2019).
Menurut Kohar, kasus difteri di Malang masih rendah. Padahal sebelumnya ada ratusan siswa dan puluhan guru pembawa kuman difteri di Kota Malang. “Mereka itu baru terindikasi difteri atau membawa kuman difteri, jadi belum masuk kategori kasus difteri,” ujarnya.
Kohar menjelaskan, kasus ratusan siswa pembawa bakteri difteri di Malang sudah ditangani dengan baik. Ini lantaran kesadaran masyarakat untuk diobati cukup bagus. “Dinkes Kota Malang telah memberikan profilaksis dengan eritromisin kepada para penderita carrier difteri, untuk membunuh kuman agar tidak menular ke orang lain,” katanya.
Kohar mengaku menyiapkan langkah untuk mencegah kasus difteri, dengan cara mengadakan bulan imunisasi anak pada November mendatang. Dengan imunisasi ini diharapkan daya tahan tubuh para siswa di sekolah-sekolah kuat.
“Nantinya bukan hanya siswa saja yang diwajibkan mengikuti imunisasi, tapi semua bayi dan wanita usia subur termasuk calon pengantin diwajibkan untuk mengikuti imunisasi,” kata Kohar.
Kohar berharap masyarakat tidak terlalu panik dengan penemuan kasus difteri di Kota Malang meskipun itu bukan positif difteri. Ia mengimbau agar masyarakat menjaga daya tahan tubuh, makan makanan bergizi dan melakukan imunisasi.
“Karena masih banyak anak-anak ataupun masyarakat yang belum melakukan imunisasi lengkap, sehingga bisa terkena difteri. Nah, kalau imunisasi ini dilakukan dengan baik, saya rasa difteri bisa dicegah,” kata Kohar. (Amal Insani)