SURABAYA –Lingkarjatim.com – Sebanyak lima dari 26 daerah di Jawa Timur mengalami kekeringan terparah, atau kritis pada musim kemarau ini. Lima daerah itu adalah Kabupaten Sampang (Madura), Tuban, Pacitan, Ngawi, dan Lamongan.
“Daerah kritis atau paling parah adalah Sampang, sebanyak 67 desa mengalami kekeringan, terbanyak dari daerah lainnya,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, Suban Wahyudiono, di Surabaya, Senin (14/10/2019).
Setelah Sampang, disusul Kabupaten Tuban 55 desa, Pacitan, Ngawi dan Lamongan masing-masing 45 desa mengalami kekeringan. Menurut Suban, Sampang disebut terparah karena jumlah desanya paling banyak dari daerah lainnya.
Kemudian, lanjut Suban, suatu daerah yang dikategorikan terparah, jika jumlah persediaan air per orang kurang dari 10 liter per hari. Serta jarak jangkau masyarakat untuk mendapatkan sumber air lebih dari 3 kilometer (km). “Nah, di Sampang itu jarak tempuh menuju ke sumber air bersih mencapai 6 km,” kata Suban.
Hingga hari ini, kata Suban, BPBD Jatim telah menyalurkan bantuan air bersih total 17.985 rate tangki, dengan kapasitas 6.000 liter, atau sekitar 108 juta liter ke masyarakat yang mengalami kekeringan.
“Saat ini untuk masalah kekeringan, kita sedang mengonsentrasikan ke daerah-daerah yang mengalami kekeringan di 26 kabupaten,” kata Suban.
Berdasarkan informasih dari BMKG, lanjut Suban, sebagian besar wilayah Jatim masih dalam kriteria kekeringan ekstrem atau lebih dari 60 hari berturut-turut tanpa hujan. Distribusi curah hujan di wilayah Jatim pada Dasarian III atau 10 hari terakhir di bulan September 2019, umumnya masih kurang dari 10 milimeter.
“Curah hujan di Jatim pada Dasarian I Oktober 2019 diprakirakan masih kurang dari 50 mm,” ujarnya. (Amal Insani)