Menu

Mode Gelap

OPINI · 20 Mar 2022 17:26 WIB ·

EKS “KADER ELIT” MUHAMMADIYAH SAIFUDIN IBRAHIM YANG MURTAD MENJADI PENDETA KRISTEN PENISTA AGAMA ISLAM


EKS “KADER ELIT” MUHAMMADIYAH SAIFUDIN IBRAHIM YANG MURTAD MENJADI PENDETA KRISTEN PENISTA AGAMA ISLAM Perbesar

Lihatlah penampilan Saifudin Ibrahim sekarang! Ia semakin mentereng. Sikapnya sudah didominasi oleh arogansi. Lihatlah mulutnya yang berbusa-busa menyampaikan ajaran kasih-sayang, tapi romannya tampak garang, dan gesturnya tampak angkuh!

Mungkin materi atau apa yang didapat oleh Saifudin Ibrahim dari gereja jauh lebih bergelimang dari pada apa yang diperolehnya dari Muhammadiyah dan NII KW IX. Maka pada posisinya yang terakhir ini, ia tega dengan gelap-mata mengkhianati Islam. Na’udzu billahi min-dzalik!

Maka rekam jejak dinamika keagamaan atau pasang-surut relijiusitas Saifudin Ibrahim dapat dirunutkan, kurang-lebih sebagai berikut :

(1) Atas fasilitas kuliah gratisan dan “ma’isyah bulanan” yang relatif di atas rata-rata dari Muhammadiyah, Saifudin Ibrahim memerankan diri sebagai kader yang manis dan penurut.

(2) Atas dasar nikmat pendapatan dan jabatan mentereng dari manajemen Al-Zaitun, Saifudin Ibrahim memerankan diri sebagai “perwira” andalan bagi NII KW IX.

(3) Dan atas gelimang kenikmatan dunia yang serba di atas Muhammadiyah dan NII KW IX, Saifudin Ibrahim dengan gelap mata memerankan diri sebagai “Abu Jahal Pongah” yang dengan gagah berani menginjak-injak agama Islam, agamanya dulu. Na’udzu billahi min-dzalik!

Catatan terpentingnya : Jadi, jika sekiranya ada kepercayaan animisme atau dinamisme yang menyodorkan tawaran keduniaan jauh lebih gemerlap ketimbang Gereja (3), maka tak menutup kemungkinan, Saifudin Ibrahim bisa saja memerankan dirinya sebagai “bapak spiritualisnya”, atau bahkan sebagai “bethoro kolonya” atau bahkan sebagai “dhedhemitnya”.

Dalam hal mencla-menclenya Saifudin Ibrahim beragama Islam itu, ia tentu faham pesan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 79, dan di banyak ayat lainnya. Di mana frasanya berbunyi, “liyasytaru bihi tsamanan qalila”…

Terkait dengan isi-isi atau materi perdebatan Saifudin Ibrahim yang Kristen dengan muslim, aku hanya akan ungkapkan satu blunder yang pernah dibuatnya. Ia pernah mengakui, bahwa satu-satunya bahasa yang bisa paling tepat untuk mengungkapkan perasaannya adalah bahasa Arab. Selainnya tak ada.

Pada pangakuan (blunder) itu implikasinya sangat jauh dan mendalam. Tapi sangat disayangkan, Saifudin Ibrahim tak menyadarinya. Implikasinya, memang itulah substansi dari diturunkannya agama Islam sebagai PENYEMPURNA terhadap agama-agama samawi yang terdahulu.

Sedangkan aspek bahasa adalah sebagai salah satu aspeknya saja. Makanya Al-Qur’an (Kitab Sucinya umat Islam itu) terjaga bahasa aslinya. Itu juga yang menjadi salah satu tanda kesempurnaannya. Itu tidak sebagaimana bahasa pada kitab-kitab suci agama lain. Bahasa kitab-kitab suci agama mereka sudah berupa terjemahan belaka. Artinya tak mungkin bisa lagi disebut sempurna.

Lagi pula menjadi hal yang sangat aneh dan lucu. Ada pendeta Kristen sok-sokan menyerang Islam, tapi tak faham bahasa asli Kitab Injil (Ibrani), Kitab Sucinya sendiri. Tapi ia justeru bisa berbahasa Arab (meskipun tingkat dasaran). Ada apa ini? Apakah sedang ada pentas pertunjukan tonil atau ludruk atau bodoran?

Maka jika sekiranya berkenan, aku sarankan, Gereja mustinya segera cermat koreksi diri dalam mengandalkan Saifudin Ibrahim untuk buka front debat dengan Islam, dan atau buka front serangan-serangannya ke agama Islam. Bersediakah? Semuanya kembali terserah Anda.

Sementara penguasaan bahasa Arab tingkat dasaran Saifudin Ibrahim digunakan untuk “menafsirkan” Al-Qur’an secara sak karepe udele dhewe. Dalam Al-Qur’an Al-Karim, untuk menafsirkannya dibutuhkan penguasaan bahasa Arab tingkat tinggi (mufassir). Itupun musti ditunjang dengan ilmu-ilmu agama Islam lainnya.

Yah, untuk kalangan awam di kalangan kaum Kristen dan umat Islam, bahasa Arabnya Saifudin Ibrahim tampak cas cis cus. Padahal itu bahasa Arab tingkat dasaran belaka, yang belum memenuhi syarat untuk menafsirkan Al-Qur’an. Bahkan masih terlalu jauh bandingannya.

Cukup pada sisi blunder Saifudin Ibrahim itu, maka semua perdebatan Islam versus Kristen mengenai konsep teologi, konsep peribadahan, konsep-konsep sosial, dan lain sebagainya, saya anggap menjadi sudah “game over”. Posisinya Islam unggul ya’lu wala yu’la ‘alaihi. Dan dalam hal ini, ia pasti tahu makna Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 3.

Meskipun begitu, aku yang dahulu pernah bersama Saifudin Ibrahim sebagai sesama kader Muhammadiyah, tetap mendoakan, agar ia sadar atas kemurtadannya. Kemudian bertobat untuk kembali ke pangkuan Islam sebagai innaddina ‘indallahil-Islam, aamiin Allahumma aamiin.

Kalaupun tetap ngeyel, Saifudin Ibrahim pasti juga faham hukum Islam yang berlaku bagi “murtadun harbi” seperti ia, alias Bang Kocek, alias Abraham Ben Moses.

Wa-ALLAHU a’lam bishshawwab…[ ]

Solo Raya, Jum’at 25 Desember 2020, jam 16.57.

Penulis adalah kader akar rumput ber-NBM : 576.926

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 1 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Tak Punya Surat Persetujuan Partai, Bisakah Calon DPR/DPRD “GUGAT” di MK ?

2 May 2024 - 14:55 WIB

Tidak Ada Makan Siang Gratis 

12 February 2024 - 13:29 WIB

Prosfektif Peningkatan Ekonomi Rakyat dari Berbagai Pendekatan, Madura Layak Jadi Provinsi

18 December 2023 - 08:20 WIB

Anomali Putusan, MK Milik Siapa ?

17 October 2023 - 14:37 WIB

Lo Punya Uang, Lo Punya Kuasa

16 October 2023 - 18:13 WIB

Pro dan Kontra Batas Usia Capres dan Cawapres

13 October 2023 - 06:00 WIB

Trending di OPINI