BANGKALAN, Lingkarjatim.com– Kaum laki-laki saat ini masih menjadi penguasa dalam dunia politik Indonesia. Hal ini dikarenakan perempuan masih dianggap tak memiliki kompetensi yang cukup mengenai politik.
Aktivis perempuan dari Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al Ibrohimi (STITAL) Bangkalan Yuliana mengatakan, sampai saat ini kebanyakan perempuan belum terlalu memahami dunia politik, mereka terjun ke dunia politik tampa bekal yang memadai.
“Hal itulah yang kemudian menjadikan kualitas perempuan dalam politik masih lemah,” katanya, Senin (27/8/2018).
Memang kata Yuliana, di dalam undang-undang yang baru sudah ada qouta 30 persen keterlibatan perempuan dalam pencalonan legislatif. Agar perempuan juga dapat ikut andil dalam politik.
Namun lanjut dia, hal ini tak begitu efektif karena partai politik tidak memiliki pendidikan politik yang baik bagi kaum hawa.
“Akhirnya pengkaderan yang minim menjadikan partai politik kebingungan untuk merekrut calon perempuan yang potensial,” ungkapnya.
Sementara aktivis GMNI Bangkalan Fitriana Wahyu Hidayati mengatakan, kuota 30 persen menjadi teguran bagi kaum perempuan untuk meningkatkan kualitas individu, agar tidak terkesan menjadi alat partai politik untuk sekedar memenuhi Kouta Perempuan dalam kursi politik.
“Mestinya kuota 30 persen itu bisa dijadikan sebuah alasan keterwakilan perempuan dalam mempertaruhkan ide dan gagasan, tetapi kenyataannya hanya sekedar menjadikan perempuan sebagai pelengkap struktural,” paparnya.
Menurut dia, Keterlibatan perempuan seperti itu yang membuat kaum hawa tidak pasif, apatis serta acuh terhadap politik
“Memang perempuan dalam politik butuh pengkaderan yang intensif untuk meningkatkan peran perempuan dalam politik agar ada perubahan dari perempuan pasif ke Perempuan yang aktif,” ujar Ketua GMNI Bangkalan ini.
Sementara ketua Kopri PMII Bangkalan juga menyatakan hal yang sama bahwa keterwakilan perempuan dalam dunia politik hanya menjadi bahan pelengkap semata.
“Meskipun ada itupun hanya sebagai pelengkap kuota calon. Hal itu malah akan menjadikan calon perempuan tersebut menjadi kecil hati,” ungkapnya.
Ketua Kopri PMII Bangkalan juga menyatakan hal yang sama bahwa keterwakilan perempuan dalam dunia politik hanya menjadi bahan pelengkap semata.
“Meskipun ada itupun hanya sebagai pelengkap kuota calon. Hal itu malah akan menjadikan calon perempuan tersebut menjadi kecil hati,” paparnya. (Zan/Atep/Lim)