R. Roro Annisa
BANGKALAN, Lingkarjatim.com – Bulan Ramadan tahun 2018 ini bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang diperingati setiap tanggal 20 Mei.
Peringatan Harkitnas merupakan momentum untuk mengingat kembali semangat bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Yakni pada tanggal 20 Mei 1908 di Yogyakarta, Dr. Soetomo dan mahasiswa organisasi STOVIA yaitu Goenawan Mangoenkoesoemo dan Soeraji mendirikan Boedi Oetomo.
Menurut salah satu pemudi Bangkalan R. Roro Annisa, ada satu hal yang sama antara hakikat puasa Ramadhan dan semangat kebangkitan nasional, yaitu adanya semangat untuk berjuang.
“Puasa adalah perjuangan untuk mengendalikan hawa nafsu, sedangkan Boedi Oetomo adalah tanggal awal pergerakan untuk mengusir penjajah dan meraih kemerdekaan,” katanya, Senin (21/5/2018).
Hal itu kata Roro, tidak terlepas dari hati dan jiwa manusia yang kerap kali terjajah oleh hawa nafsu yang menyesatkan, dan momentum puasa di bulan Ramadhan adalah untuk memerdekaan diri dari penjajahan hawa nafsu tersebut.
“Sedangkan saat itu, Indonesia berjuang untuk keluar dari penjajahan Belanda,” ucapnya.
Puasa Ramadhan lanjut Roro, menjadi momentum untuk bangkit, yakni bangkit dari rasa malas untuk beribadah. Pada bulan-bulan biasa sulit untuk istiqamah beribadah, maka di bulan Ramadan, belajar untuk istiqamah.
“Yang awalnya malas untuk shalat berjamaah ke masjid, dengan adanya bulan Ramadan, menjadi lebih rajin untuk salat berjamaah,” ujarnya.
Tidak hanya itu, di bulan ramadhan juga belajar bangkit dari malas untuk memperbaiki diri. Karena kadang merasa diri sudah benar, sulit untuk introspeksi diri.
Maka melalui momen puasa ini, perlu lebih banyak melakukan muhasabah dan berkontemplasi, meminta ampunan kepada Alalh SWT dari semua kesalahan yang sudah dilakukan.
“Karena pada bulan Ramadhan, pintu ampunan-Nya terbuka lebar,” papar gadis berparas cantik ini.
Yang paling penting juga bangkit dari malas untuk keluar dari kebiasaan-kebiasaan buruk, yang kadang kebiasaan-kebiasaan tersebut sudah mendarah daging dalam diri seorang manusia.
“Memang tidak mudah, tetapi dengan segala upaya dipenuhi niat yang sungguh-sungguh untuk berubah, insyaallah hal tersebut akan terwujud,” jelasnya.
Lebih-lebih tambah Roro, bangkit dari malas untuk lebih peduli kepada orang lain. Salah satu tujuan dari ibadah puasa adalah membangun kesalehan sosial.
“Oleh karena itu, orang yang berpuasa merasakan tidak enaknya lapar dan dahaga. Dia lapar dan dahaga bukan karena tidak memiliki makanan dan minuman, tetapi hal tersebut dapat membatalkan puasa,” tandasnya.
Lantas, bagaimana cara anda memperingati Hari Kebangkitan Nasional 2018? Menurut Roro, dirinya sebagai salah satu mahasiswa menjadi peranan yang sangat penting bagi bangsa. Mahasiswa harus bisa memberikan kontribusinya kepada bangsa Indonesia.
“Seperti halnya menulis, artinya mahasiswa harus bisa kreatif dalam sebuah tulisan yg berkaitan dengan keadaan bangsa ini sehingga disini bisa menyalurkan atau memberikan ide-ide untuk perubahan bangsa Indonesia,” jawabnya.
Lalu bagaimana anda menafsirkan tema Hari Kebangkitan Nasional tahun ini? Dikatakan Roro, suatu pondasi kebangkitan Nasional akan menjadi kuat apabila manusia mampu berbaur dan mengikuti perkembangan yang ada.
“Pada era saat ini, perkembangan digital lah yng paling menonjol. Asalkan bangsa Indonesia mampu memanfaatkan perkembangan dan tidak meninggalkan sisi kemanusiaan, insyaallah Bangsa ini bisa bangkit,” pungkasnya. (Atep/Lim)
