BANGKALAN, lingkarjatim.com – Bulir jagung yang kecil, rupanya bisa diolah menjadi kripik. Para ibu warga Desa Duko Tambin, Kecamatan Tragah, Kabupaten Bangkalan, telah membuktikannya.
Selama tiga hari, senin sampai rabu, tanggal 18 sampai 20 November, Berlokasi di balai Desa Duko Tambin, para ibu mengikuti pelatihan pengolahan kripik jagung oleh tim Tatochis.
Pelatihan diampu oleh Moh Dahri. Pemuda 30 tahun asal Desa Soket Dajah ini adalah owner UD Tajul Anwar, sebuah home industri. Salah satu produk unggulannya camilan berbahan dasar jagung olahan bernama Tatochis (Tragah Tortilla Chips).
Pengalaman itulah yang diajarkan Dahri pada ibu rumah tangga di Desa Duko Tambin. Mulai dari mengolah kripik singkong, kopi jagung, serta kripik jagung berukuran jumbo atau raksasa.
“Pada prinsipnya saya tak keberatan dan senang jika ada pihak yang mau mempelajari dan membuat produk sejenis Tatochis. Saya menyambutnya dengan tangan terbuka. Oleh karena salah satu keinginan saya adalah mengabdi serta membangun desa lewat ilmu dan keterampilan yang saya punyai,” ujar Dahri.
Di hari pertama, Dahri menyampaikan materi seputar cara pembuatan Tatochis dari tahap perendaman jagung hingga penggorengan. Untuk mempersingkat waktu, pihaknya beserta tim Tatochis telah menyiapkan bahan jagung yang telah direbus beserta peralatan pendukung lainnya ke lokasi pelatihan.
Usai pemaparan materi, ibu-ibu kader PKK dan Posyandu dipersilahkan turun tangan langsung melanjutkan proses pembuatan Tatochis. Tahapan pengerjaan yang dilakukan meliputi penggilingan, pemipihan, pencetakan, penjemuran, serta penggorengan.
Dalam kesempatan ini hadir pula Mat Rasul (62), Kepala Desa Duko Tambin. Ia menyambut gembira diadakannya pelatihan semacam ini, seraya berharap bisa jadi kegiatan baru sekaligus lumbung pendapatan baru bagi masing-masing peserta.
“Untuk awalnya kami akan coba bekerjasama dengan Pak Dahri sebagai pemasok produk jadi. Singkatnya, kripik jagung buatan ibu-ibu kader akan disetor ke beliau, selanjutnya dikemas menggunakan label Tatochis,” harap Mat Rasul.
Nasila Wati, salah satu peserta pelatihan, mengaku jika pelatihan ini sebagai bentuk kegiatan positif yang bisa mendorong para kader dan anggota untuk bisa berfikir kreatif.
“Mudah-mudahan acara semacam ini bisa berkelanjutan dengan produk lain yang telah dihasilkan Pak Dahri. Perempuan desa harus bisa mandiri dan bisa memutar otak ikut menambah pendapatan keluarga. Mewakili peserta saya mengucapkan terima kasih atas bimbingannya,” ucap Nasila Wati.
Dihari kedua, materi pelatihan yang diberikan tentang cara penggorengan kripik jagung serta cara pengemasan. Sedang materi pelatihan di hari ketiga (terakhir) seputar pemasaran dan peluang usaha. (M.Aldo)