Sidoarjo, Lingkarjatim.com,- setelah sebelumnya KH Agus Ali Mashuri, memulai ceramahnya dengan firman Allah surat Yusuf ayat 21 tentang apa yang terjadi di dunia ini merupakan ketetapan Allah.
Maka kali ini Gus Ali memulai dengan surat Wal Asri innal insana lafi husrin, illal ladzina amanu wa amilus solihati, watawa saubil haqqi, watawa saubis sobri.
Menurutnya ayat ini cukup pendek, tapi memiliki makna dan cakupannya sangat luas, diawali dengan huruf waw kosam, waw sumpah, yang bersumpah adalah Allah SWT.
Dirinyapun menyampaikan apa yang disampaikan oleh Imam Suyuti ra, bila Allah sudah bersumpah dengan nama benda atau dengan makhluk, barang tentu, pasti benda atau makhluk itu mempunya sisi kelebihan bila dibandingkan dengan yang lainnya.
Contoh: wattini wazzaitun, ternyata dunia ilmu kedokteran modern telah menemukan bahwa pohon zaitun lebih-lebih minyaknya mempunyai seratus satu kelebihan dibanding dengan minyak yang lainnya. Salah satunya untuk merawat kehalusan wajah.
“Kalian harus tahu, artis dunia holiwood, hari ini gandrung dengan minyak zaitun untuk merawat kebugaran dan kehalusan wajahnya,” ucap Pengasuh Ponpes Bumi Solawat tersebut.
“Wal asri, demi masa atau waktu asar, lah asar itu tidak sesejuk pagi tidak seterang siang, bahasa pojok kampungnya remeng-remeng,” lanjut Gus Ali.
Gus Ali juga mengatakan bahwa remeng-remeng atau waktu asar merupakan waktu datangnya sihir, maka rasul saw melarang umatnya tidur setelah solat asar.
“Wal asri demi masa waktu asar, Mulae akeh wong, isuk iman, siang iman, remeng2 bingung…., ” Gus Ali menambahkan.
Gus Ali kemudian membaca kelanjutan ayatnya yaitu Innal insana lafil husrin yang bermakna sesungguhnya manusia dalam kerugian.
“Sing kaya rugi, sing melarat tambah rugi, yang pinter rugi yang goblok tambah rugi, Kecuali ada 4, Illal ladzina amanu waamilus solihat watawa saubil haqqi watawa saubis sobri. Yg tidak rugi hanya ada 4 golongan yaitu:
1. Golongan orang yg beriman,
2. yang imannya diwujudkan dengan amal soleh
3. Orangnya saling menasehati tentang kebenaran
4. Orangnya saling menasehati tentang kebenaran,” ucapnya melanjutkan.
“Waktu menjadi bermakna, bila didasari dengan iman yang kokoh,” pungkasnya mengakhiri kajian. (Hasin)