Sidoarjo, Lingkarjatim.com,- Menurut KH Agus Ali Mashuri, atau yang populer dengan panggilan Gus Ali, Pengasuh Pondok pesantren Bumi Solawat Sidoarjo mengatakan bahwa sudah menjadi sifat manusia kalau dalam keadaan susah ngajak untuk bersama-sama, tapi jika dalam keadaan bahagia tidak mau berbagi dan dinikmati sendiri.
Padahal menurut Gus Ali penting kiranya untuk mengimani dan meyakini bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih banyak dari pada apa yang ada di tangan kita sendiri.
Jika kita ingin hidup bahagia, kita harus berusaha membuat orang lain bahagia. Karena kebahagiaan kita bergantung pada kebahagiaan orang lain.
Barang siapa yang bisa menyenangkan orang lain maka insaAllah hidupnya senantiasa menemukan kesuksesan dan keberkahan.
“Orang yang paling bersukur adalah orang yang mau dan mampu berbagi kebahagiaan dan kesejahteraan kepada orang lain,” ucapnya, Rabu (06/04/22).
Gus Ali juga mengutip pesan suci baginda nabi SAW yang artinya bahwasanya manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain, amal yang paling dicintai oleh Allah adalah memasukkan rasa bahagia kedalam hati orang muslim, atau melepas kesulitan, atau membayar hutangnya, atau mengenyangkan yang lapar.
Menurutnya hadis diatas mengandung pelajaran betapa pentingnya melakukan hal-hal yang bisa mendekatkan diri kepada Alllah dengan memasukkan kebagaian di hati orang muslim lainnya.
Selain itu Gus Ali juga mengutip kalimat dari seorang wali besar di zamannya, Ibnu Athoillah As Sakandari berkata, janganlah kamu bermaksiat karena bisa menjadi sebab macetnya rezeki, bertobatlah kepada Allah dan memintalah pertolongan kepadanya dengan membaca Robbana dzolamna amfusana waillam tarfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin.
“Apa yang dikatakan ibnu athoillah ini menarik dan perlu kita pahami secara seksama bahwa bermaksiat bisa menghalangi datangnya rezeki,” ucap Gus Ali serius.
Tidak hanya itu, Kiai yang terkenal humoris itu juga memyampaikan sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya tidak menambah usia kecuali amal kebaikan, tidak menangkal takdir kecuali doa, seorang terhalang dari rezeki lantaran dosa yang di lakukannnya.
Yang dimaksud rezeki pada hadist diatas menurutnya meliputi segala jenis rezeki, termasuk harta, keberkahan, keselamatan, pengetauan dan juga kebijaksanaan.
Seperti halnya pada saat Imam Safi’i mengadu kepada gurunya karena hafalannya yang sering hilang.
“Aku memgadu kepada guru, buruknya hafalanku, maka ia mengajarkanku untuk meninggalkan maksiat, karena ilmu itu cahaya, sedang cahaya Allah tidak diberi kepada ahli maksiat,” ucap Gus Ali menirukan kalimat Imam Safi’i saat mengadu kepada gurunya. (Hasin)