Lebih lanjut dia mengatakan, meski banyak kandidat yang muncul, sistem pemilihan masih bisa dibicarakan. Sebab yang paling indah dan mempesona dalam menentukan ketua, kata dia, adalah mengedepankan musyawarah mufakat tanpa mengurangi arti dari permusyawaratan itu sendiri.
“Kalau memang memungkinkan kenapa tidak, karena musyawarah mufakat itu tidak mengurangi nilai-nilai keterbukaan dan demokrasi, ini justru malah lebih elegan, indah, mempesona dan lebih sejuk,” katanya.
Lebih jauh, Ketua Kelas Madrasah Kader NU 2019 itu mengatakan, musyawarah mufakat sangat ideal untuk untuk menentukan ketua IKA PMII Jatim, karena lebih bersifat persahabatan dan kekeluargaan.
“Yang terpenting tidak pasif aklamasinya, tetapi juga dinamis. Ada semacam pra pengkondisian, misalnya rencana kerja juga harus dibahas dulu,” lanjutnya.