GRESIK, lingkarjatim.com – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Aliansi Kesenian Qomaruddin (AKeQ) Institute Agama Islam Qomaruddin (IAIQ) Bungah, Gresik, menggelar nonton bareng film: jejak langkah 2 Ulama di aula Yayasan Pondok Pesantren Qomaruddin (YPPQ).
Film ini menarik karena bercerita dua tokoh pendiri organisasi besar di Indonesia, yaitu Hadratusyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
Film karya Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng KH.Sholahuddin Wahid bersama Lembaga Seni Budaya dan Olahraga Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Jombang ini berupaya mengembalikan kisah historis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan dua ormas islam terbesar di Tanah Air yang aktivitasnya selalu berdampingan selama hampir satu abad.
Meski ada beberapa perbedaan dalam aktivitas organisasi dan manhaj dakwahnya, namun Muhammadiyah dan NU sejatinya memiliki banyak persamaan.
Salah satunya adalah pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari sama-sama pernah menjadi santri Kiai Shaleh Darat, tokoh ulama besar dari Semarang.
Menurut Ketua AKEQ, Dian Karimah Wildani, inisiatif digelarnya nobar film ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai dua Organisasi besar di Indonesia yakni NU dan Muhammadiyah.
“Agar terbuka pemahaman selama ini tentang NU dan Muhammadiyah, dalam tanda kutip yang di anggap beda selama ini hanyalah tentang organisasinya, namun tentang haluannya tetap sama yakni Ahlussunnah Wal Jama’ah,” terangnya. Senin (17/2)
Di tempat terpisah, Muhammad Najib, Dekan Fakultas Tarbiyah IAIQ, mengungkapkan, di era revolusi industri 4.0 manusia semakin mengedepankan IT dalam melakukan segala hal. Sehingga sebuah film memiliki andil yang cukup besar dalam membangun paradigma manusia. Karena mereka lebih sering menggunakan gadget mereka untuk memutar video dan film daripada membaca narasi berita dan informasi yang lain.
“Sebuah karya fenomenal
Dua tokoh besar pendiri bangsa yang saling melengkapi dalam mengajarkan islam rahmatan lil alamin, semoga pemutaran film ini mendatangkan energi baru untuk meningkatkan semangat keindonesiaan seluruh mahasiswa,” ujar pria yang akrab di panggil Gus Najib ini.
Sementara itu, Jamilaturrosyidah, mahasiswa S2 IAIQ yang juga salah satu pengunjung, mengaku senang menonton film tersebut.
“Sangat senang karena bisa tau sejarah NU dan Muhammadiyah melalui media film, dan sumbernya pun jelas dari Kiai dan Lembaga Muhammadiyah,” riang Rosidah.
Diketahui, kegiatan ini merupakan kerjasama UKM AKeQ dan Nixpro (pembuat film yang bekerjasama dengan Ponpes Tebuireng). (M Khudaifi)