Menu

Mode Gelap

LINGKAR UTAMA · 21 Jun 2018 14:10 WIB ·

Mengingat Jasa Guru, ISA Gelar Istighasah Di Asta Kiai Hasan.


ISA saat istighasah di Asta gurunya, Kiai Hasan. Perbesar

ISA saat istighasah di Asta gurunya, Kiai Hasan.

ISA saat istighasah di Asta gurunya, Kiai Hasan.

SUMENEP, Lingkarjatim.com– Dalam upaya meneladani sisi sisi kehidupan pendiri Mushalla Al-Hasani, Ikatan Santri Al-Hasani (ISA) melaksanakan istighasah akbar di Asta Kiai Hasan Bin Mu’ali Bin Nuru Bin Riska, Kamis malam (21/6/2018) / (07 Syawal 1439 Hijriah).

Istighasah dilaksanakan di Asta Kiai Hasan, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Asta Kiai Lasir, Dusun Birampak, Desa Jenangger, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep.

“Ilmu yang barokah, salah satunya adalah ketika yang memiliki ilmu itu tidak melupakan dan tidak lupa terhadap gurunya, Kiai Hasan merupakan guru Alif (pertama) kami, bagaimana kami bisa mengetahui dan mengaji Al-Qur’an,” Ungkap Ustad Hawina, salah satu santri Kiai Hasan Bin Mu’ali.

Dari istighasah yang dilakukan, diharapkan tali silaturrahmi sesama santri Kiai Hasan bisa semakin erat.

“Dengan adanya istighasah ini, kami berharap bisa semakin mempererat tali silaturrahmi sesama santri Kiai Hasan, karena kami merupakan keluarga besar yang sama-sama di didik dan dibesarkan beliau,” Tambahnya.

Kiai Hasan adalah sosok yang dikenal sebagai Kiai yang sabar dan menerapkan keadilan dalam mendidik seluruh santrinya.

“Istighasah ini bukan berarti kami meminta kepada kuburan beliau seperti yang banyak diartikan orang ketika ziarah ke Asta (Kuburan) seorang Kiai,” katanya.

“Kami ziarah karena kami ingin mengingat, bahwa suatu saat kami akan menghadap Sang Pencipta jagat raya,” imbuhnya.

Selain itu kata Haweni, hal ini juga dalam upaya bagaiman pihaknya bisa meniru keteladanan Kiai Hasan.

“Kami sama-sama tahu, bahwa beliau (Kiai Hasan) merupakan sosok Kiai yang sabar, adil, telaten dalam mendidik, dan beliau merupakan ayah sekaligus guru bagi para santrinya,” Ucapnya.

Kiai Hasan juga merupakan pendiri Mushalla Al-Hasani, sebuah surau kecil di Desa Nyabakan Barat, yang menjadi tempat mengaji bagi sebagian masyarakat Desa Nyabakan Barat dan sebagian masyarakat Desa Jenangger.

“Meskipun beliau tidak memiliki pesantren besar, tapi apa yang beliau daulahkan merupakan ilmu tatanan kehidupan menuju Sang Ilahi, bagaimana cara hidup bermasyarakat, dan bagaimana cara hidup beragama, semuanya beliau ajarkan kepada santrinya,” Lanjutnya.

Kiai Hasan sendiri, Wafat dengan meninggalkan dua orang putra, Kiai Kadir dan Kiai Syaikhona Hasan (Jogjakarta), serta satu orang putri, Nyiai Maskina.

Di waktu beliau wafat dan di makamkan, tanah galian kuburan yang digunakan untuk menutup kuburan beliau semakin berkurang, tidak sama seperti kuburan pada umumnya, yang tanahnya bisa lebih sehingga kuburan itu terlihat seperti gundukan tanah.

Namun waktu proses pemakaman Kiai Hasan dilakukan, semakin tanah dimasukkan kembali kedalam kuburan, maka kuburan itu semakin dalam. (Wallahua’lam). (Lam/Atep/Lim)

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 0 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Dipastikan Berangkat Juni Mendatang, Ini Pesan Kepala Kemenag untuk 557 CJH Sampang

26 April 2024 - 10:52 WIB

Hanya Butuh Tiga Detik, Spesialis Curanmor Asal Surabaya Ini Bisa Bikin Anda Menangis

26 April 2024 - 07:37 WIB

Jelang Pilkada, PKB Buka Pendaftaran Calon Bupati Bangkalan 2024

24 April 2024 - 17:32 WIB

Peringati HPN 2024, PWI Sidoarjo Bagikan Sembako untuk Warga Terdampak Banjir

24 April 2024 - 17:24 WIB

Halalbihalal dengan Wartawan, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Gaungkan Peduli Lingkungan

23 April 2024 - 19:52 WIB

Terjerat Kasus Korupsi, Mantan Bupati Malang RK Akhirnya Bebas Bersyarat

23 April 2024 - 16:37 WIB

Trending di HUKUM & KRIMINAL