SURABAYA, Lingkarjatim.com – Nadirsyah Hosen ikut berkomentar atas berkembangnya pengikut islam radikal di Indonesia yang tidak terbendung.
Menurut Ra’is Syuriah Pengurus cabang istimewa NU Australia itu, penyebabnya ialah adanya reformasi karena kelompok itu sebelumnya tergolong underground serta memanfaatkan demokrasi sehingga kelompok islam radikal naik kepermukaan secara bebas.
“Mereka mengatakan demokrasi untuk tampil, tapi nanti dia akan membunuh demokrasi,” ujarnya usai mengisi seminar ‘Strengthening the Moderate Vision of Indonesian Islam’ di UIN Sunan Ampel, Sabtu (21/04/2018).
Pria yang akrab disapa Gus Nadir itu menambahkan, karena tokoh islam yang ada saat ini dan pemerintahan Jokowi menganggap hal itu hanya persoalan politik, akhirnya harus dirangkul sebab mereka membutuhkan suara.
“Misalnya pemerintahan SBY (Mantan Presiden RI) sepuluh tahun kan merangkul PKS dalam kabinet, sekarang ketika PKS tidak dirangkul ramai kan. Akibat dirangkul makin besar,” Imbuhnya.
Sementara NU melawan radikalisme katanya, bukan persoalan politik namun pertarungan ideologi. Makanya NU menganggap tidak bisa kompromi menghadapi kelompok islam radikal yang sudah 20 tahun dikasih panggung dan dirangkul sehingga semakin besar dan mengeras.
“Makanya NU mendukung pembubaran HTI karena itu masalah ideologi negara,” tuturnya.
Untuk itu Ia mendesak pemerintah mengambil langkah tegas kalau terkait pilar-pilar bangsa dan tidak boleh kompromi. Ia juga menyarankan pemerintah gunakan mekanisme hukum yang ada karena itu tidak bertentangan dengan demokrasi.
“Mereka anti demokrasi tapi ketika dibubarkan menggunakan mekanisme demokrasi,” Tutupnya. (Sul/Lim)